Sukses

Bank Jual Dolar AS di Atas Rp 13.200

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) terus perkasa terhadap rupiah. Bahkan nilai tukar rupiah telah menembus level 13.200 per dolar AS.
Data valuta asing Bloomberg, Kamis (12/3/2015) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS.

Sementara itu, sejumlah bank telah menjual dolar AS di atas level Rp 13.200. Berikut kurs dolar seperti dikutip dari sejumlah situs bank.
Dari situs Bank Permata Tbk pukul 08.50 WIB, kurs dolar AS untuk jual di level Rp 13.315, kurs dolar AS untuk beli di kisaran 12.985.

Di situs PT Bank Mandiri Tbk pada pukul 09.38 WIB, kurs dolar AS untuk jual di level Rp 13.232, dan kurs dolar AS untuk beli di kisaran 13.068.

Sedangkan situs PT Bank Central Asia Tbk pada pukul 11.18 WIB menyebutkan, kurs dolar AS untuk jual di kisaran Rp 13.220, dan kurs dolar AS untuk beli di kisaran Rp 13.200.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang melemah di Asia. Artinya, pelemahan rupiah bukan disebabkan oleh faktor internal namun lebih karena sentimen dari luar yaitu penguatan dolar AS.

Ia pun menjelaskan, dari tahun ke tahun data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perbaikan jika dibanding dengan saat krisis 2008 lalu. Angka penjualan ritel terus meningkat, data tenaga kerja yaitu angka pengangguran juga terus berkurang.

Hal tersebut membuat ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS bakal segera menaikkan suku bunga acuan mencuat. ekspektasi itulah yang menyebabkan nilai tukar dolar AS terus menguat sehingga menekan nilai tukar negara lain termasuk euro.

Namun, Eric mengingatkan, agar pelemahan rupiah sebaiknya tidak terjadi dalam jangka panjang. "Kalau persepsi investor berubah karena rupiah melemah terlalu lama, para investor portfolio bisa meninggalkan Indonesia. Ini yang dikhawatirkan," terangnya. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini