Sukses

BI & BUMN Jangan Jadi Spekulan Pemborong Dolar AS

Perusahaan pelat merah menyimpan dolar AS sebanyak-banyaknya sebagai antisipasi depresiasi rupiah lebih dalam.

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Permintaan terutama dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ‎yang tercatat banyak membutuhkan dolar AS untuk pembayaran utang, importasi bahan baku dan sebagainya.

"Sebenarnya kurs rupiah melemah karena kebutuhannya yang banyak. Salah satu entitas yang perlu dolar banyak adalah BUMN, seperti PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persen) dan lainnya," ungkap Pengamat LIPI, Latif Adam kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (16/3/2015).

Perusahaan pelat merah ini, ‎tambah dia, menyimpan dolar AS sebanyak-banyaknya sebagai antisipasi depresiasi rupiah lebih dalam. BI, disarankan seharusnya dapat mengimbau BUMN agar tidak terlalu ketar-ketir hingga menyetok dolar AS secara berlebihan.

"Stok valas penting, tapi jangan berlebihan lah. BI dan BUMN jangan sampai bertindak seperti spekulan yang ketakutan dolar akan menguat terus," paparnya.

BUMN, tegas Latif, diminta untuk melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengurangi risiko rugi kurs akibat pelemahan rupiah. "BUMN juga harus mengikuti prudential. Tidak terlalu stok banyak valas karena risiko sudah di hedging," cetus dia.
‎
‎Dirinya menilai, di tengah anomali pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, cadev Indonesia justru mengalami peningkatan menjadi US$ 115,5 miliar di posisi Februari 2015 dibanding Januari ini sebesar US$ 114,25 miliar. Hal ini, kata dia mengindikasikan bahwa intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valas belum optimal.

BI, kata dia, beralasan, tetap ada di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah agar tidak naik turun terlalu tajam. Namun Latif berpendapat, pelemahan kurs rupiah hingga menembus angka lebih dari Rp 13.000 per dolar AS sudah sangat meresahkan. "Level itu sudah undervalue sangat mengganggu sektor riil," tegasnya.

Dia berharap, BI mengimbangi paket kebijakan pemerintah dengan upaya di bidang moneter. Contohnya, sambung Latif, BI harus mampu mengucurkan valas lebih besar sesuai dengan kebutuhan. Artinya terukur.

"‎BI nggak mau juga cadev terkuras secara signifikan. Jadi harus punya itung-itungan untuk menstabilkan kurs rupiah, berapa valas yang harus digelontorkan," kata Latif. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.