Sukses

Sentuh Level Terendah dalam 6 Tahun, Harga Minyak Bakal ke US$ 30

Kemungkinan sanksi Iran terkait nuklir dicabut akan mendongkrak pasokan minyak sehingga dapat menekan harga minyak dunia.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia makin murah. Harga minyak dunia turun 4 persen ke level US$ 42,85 per barel pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Ini level terendah sejak Maret 2009.

Harga minyak makin murah ini seharusnya memberikan senyuman bagi para jutaan masyarakat Amerika Serikat (AS) terutama para pengemudi yang telah menyaksikan harga bensin sempat naik dalam beberapa pekan terakhir.

Pada bulan lalu, banyak pihak berbicara tentang harga minyak "kembali naik". Akan tetapi, hal itu terlihat seperti fatamorgana. Semakin banyak analis memprediksi, harga minyak sentuh level US$ 40, dan lebih rendah lagi dalam waktu dekat.

"Saya pikir ini hampir akan menyentuh US$ 30, sebelum keluar dari sistem," ujar Tom Kloza, Analis Oil Price Information Service, seperti dikutip dari laman CNN Money, Selasa (17/3/2015).

Lalu apa yang membuat harga minyak terus jatuh? Saat ini pasokan minyak begitu melimpah. Pasokan tersebut memicu harga minyak mentah dari US$ 100 per barel pada musim panas lalu menjadi di bawah US$ 50 per barel pada awal Januari 2015.

Saat ini kunci mengatasinya adalah memperlambat produksi minyak. Namun, sejauh ini belum ada yang mau mengalah. Negara produsen minyak tergabung dalam OPEC belum menurunkan produksi. Arab Saudi sebagai salah satu produsen besar juga belum berniat melakukannya.

Sementara itu, di Amerika Serikat, perusahaan shale gas juga terus memompa lebih banyak minyak. Meski ada tanda-tanda kalau jumlah rig pengeboran minyak telah turun secara signifikan namun belum dapat dikatakan kurang produksi. "Produksi shale belum menurun," ujar Kloza.
Di waktu sama, dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap sejumlah mata uang dari yang diharapkan. Dolar bahkan hampir senilai 1 euro. Goldman Sachs menilai, euro dapat terjun hanya 80 sen pada akhir 2017.

Penguatan dolar ini buruk bagi harga minyak. Ketika dolar menguat membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli asing yang mata uangnya melemah.

Kini fokus jadi perhatian pasar yaitu pencabutan sanksi terhadap Iran atas kesepakatan nuklir. Produksi minyak Iran dapat kembali membanjiri pasar, dan hal itu akan memperburuk pasokan minyak sekarang.

Ada ambang batas utama sebagai titik pemicu bagi pasar. Harga minyak mentah turun di bawah US$ 43,50 per barel menjadi salah satu poinnya. Barclays bahkan melihat ada sinyal harga minyak di bawah US$ 40.

Harga minyak jatuh pada Desember 2008 berbeda kondisinya dengan sekarang. Saat itu, harga minyak melemah karena kurangnya permintaan karena ekonomi terbesar dunia sedang berusaha menyelamatkan diri krisis keuangan. Sedangkan saat ini, harga minyak merosot seiring kelebihan pasokan.

Sejumlah ahli mengatakan, harga minyak tak mungkin kembali jatuh lagi. Kemungkinan rata-rata harga minyak sekitar US$ 43 pada tahun ini. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.