Sukses

Kaus Bandung Laku Keras di Afrika

Negara Seychelles melihat bahwa pertumbuhan dan pembinaan industri kecil dan menengah di Indonesia cukup bagus.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencoba menjalin kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika untuk meningkatkan ekspor nasional. Komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke negara Afrika adalah kaus produksi Bandung, Jawa Barat.

Menteri perindustrian, Saleh Husin menjelaskan, kementerian mendapat kunjungan dari perwakilan negara-negara di benua Afrika seperti Zimbabwe, Seychelles, Sudan dan Nigeria pada pada hari ini, Rabu (25/3/2015). Dalam kunjungan tersebut, kementerian dan perwakilan negara-negara dari Afrika tersebut membahas mengenai kerja sama perdagangan.

"Mereka ingin kerja sama yang ada selama ini lebih ditingkatkan," jelasnya. Saleh menerangkan, potensi perdagangan untuk Afrika begitu besar. Pihaknya mencontohkan, seperti halnya kerja sama dengan Negara Seychelles yang sangat membutuhkan komoditas tekstil dan produk tekstil Inodnesia.

"Kita tahu Seychelles merupakan salah satu pulau kecil yang cukup maju di kawasan Afrika. Produk-produk Indonesia terutama tekstil dibeli di Bandung di sana di jual tinggi ke Eropa," tuturnya. Tak tanggung-tanggung, harga baju yang relatif murah di Indonesia, di Afrika bisa dijual dengan harga berkali lipat. "Kaus yang dibeli sekitar Rp 10 ribu, di Eropa dijualnya US$ 50, " ujarnya dia.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah. Euis mengatakan dalam pertemuan itu perwakilan negara Seychelles juga meminta kepada Kementerian Perindustrian untuk memberikan pelatihan pengembangan industri kecil menengah (IKM).

Negara Seychelles melihat bahwa pertumbuhan dan pembinaan industri kecil dan menengah di Indonesia cukup bagus. Terlihat, dalam beberapa krisis yang dialami oleh Indonesia mampu dilalui dengan baik yang didukung oleh industri kecil.

Saat ini, negara Seychelles memiliki potensi yang cukup besar baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Namun industri di negara tersebut tidak berkembang pesat. Generasi muda yang seharusnya bisa menjadi motor penggerak ekonomi ternyata lebih memilih migrasi ke Eropa ketimbang mengembangkan usaha di negara sendiri.



"Daerahnya bagus, sumber daya melimpah. Tapi karena tempat liburan selebritis mereka anak muda kalau bisa ke Eropa. Anak mudanya pergi, lama-lama kosong. Pemerintah ingin menahan anak muda dengan belajar dari Indonesia,"tuturnya.

Dia mengaku, dalam waktu dekat akan pergi ke Seychelles untuk memberikan pelatihan di sana. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.