Sukses

The Fed Masih Jadi Sentimen Pendorong Harga Emas

Harga emas berjangka untuk pengiriman Juni naik 0,5 persen sehingga menetap di level US$ 1.198 per ounce di Comex New York, AS.

Liputan6.com, New York - Harga emas ditutup dengan membukukan reli terpanjang sejak Agustus 2012. Reli tersebut dipengaruhi sentimen dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang masih akan menahan suku bunga di level rendah untuk waktu yang lebih lama.

Mengutip Bloomberg, Kamis (26/3/2015), harga emas di pasar spot mengalami kenaikan setiap hari sejak para pembuat kebijakan di Bank Sentral AS memangkas proyeksi mereka mengenai pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Dengan pemangkasan tersebut, kemungkinan besar kenaikan suku bunga acuan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat ini.

Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan yang merupakan tanda bahwa pelonggaran stimulus moneter telah dihentikan jika data-data ekonomi seperti angka pengangguran dan juga inflasi sudah sesuai dengan target yang mereka tentukan.

Harga emas untuk pengiriman segera naik 0,2 persen sehingga menetap di level US$ 1.195,47 per ounce di New York, AS. Menurut data Bloomberg, harga logam mulia ini sempat mencapai level US$ 1.199,81, merupakan level tertinggi sejak 6 Maret lain dan naik 4 persen dalam enam sesi perdagangan. Harga emas berjangka untuk pengiriman Juni naik 0,5 persen sehingga menetap di level US$ 1.198  per ounce di Comex New York, AS.



"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan harga emas akan terus memgalami reli yang panjang. Namun dari penurunan nilai tukar dolar AS saat ini menunjukkan bahwa harga emas akan terus naik," tutur Kepala Riset Pension Partners LLC, Charlie Bilello.

Harga emas memang selalu berlawanan arah dengan nilai tukar dolar AS. Harga emas akan tertekan jika dolar AS menguat dan sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena emas menjadi instrumen investasi lindung nilai di saat nilai tukar melemah.

"Pelaku pasar melihat bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan pada September atau Oktober mendatang. Artinya harga emas masih akan menarik sampai saat itu," tambahnya.

Saat ini, harga emas sangat tergantung dengan data-data yang dikeluarkan oleh pemerintah AS. Jika data tersebut mengalami perbaikan maka dolar AS akan menguat sehingga menekan harga emas. Sebaliknya, jika data memburuk maka dolar AS akan melemah dan harga emas akan menguat. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.