Sukses

Rupiah Kembali Tertekan, IHSG Merosot 36 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 36,68 poin ke level 5.368,80 pada penutupan perdagangan saham Kamis pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen domestik terutama penerapan kenaikan bea materai untuk transaksi saham berdampak negatif terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada penutupan perdagangan saham Kamis (26/3/2015), IHSG melemah 36,68 poin (0,68 persen) ke level 5.368,80. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,78 persen ke level 932,01. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan pada hari ini kecuali indeks saham Pefindo25 naik 0,17 persen ke level 465,31.

Ada sebanyak 201 saham yang melemah sehingga menekan indeks saham. Sementara itu, 83 saham menghijau dan 89 saham lainnya diam di tempat.

Pada hari ini, IHSG berada di level tertinggi 5.413,28 dan terendah 5.368,68. Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 239.275 kali dengan volume perdagangan saham 6,24 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 6,32 triliun.

Secara sektoral, sepuluh sektor saham kompak melemah hari ini. Sektor saham perkebunan turun 1,89 persen, diikuti sektor saham infrastruktur merosot 1,4 persen, dan sektor saham konstruksi tergelincir 1 persen.

Aksi jual investor asing masih berlanjut di pasar saham menambah tekanan ke indeks saham. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 300 miliar. Sementara itu, aksi beli bersih investor sekitar Rp 300 miliar.

Saham-saham yang bergerak menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham BACA naik 12,07 persen ke level Rp 195 per saham, saham BHIT mendaki 2,11 persen ke level Rp 291 per saham, dan saham MYRX menguat 2,03 persen ke level Rp 755 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham ASRI turun 3,67 persen ke level Rp 525 per saham, saham SRIL tergelincir 3,61 persen ke level Rp 240 per saham, dan saham GGRM melemah 3,22 persen ke level Rp 48.100 per saham.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, sentimen utama yang menekan IHSG berasal dari perubahan tarif bea materai menjadi lebih besar. Ditambah pemerintah juga mengusulkan tarif bea materai khusus (ad valorem) untuk dokumen transaksi saham dan properti. Tarif itu diusulkan sekitar 0,1 persen dari nilai transaksi.

"Sentimen utama dari bea materai itu. Penerapan bea materai itu ganggu investor karena selama ini investor juga membayar fee jual dan beli," kata David saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, nilai tukar rupiah kembali ke level 13.000 juga menekan indeks saham. Apalagi investor asing masih melanjutkan aksi jualnya di pasar saham. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.