Sukses

Sentimen Regional Picu Rupiah Kembali Merosot

Berdasarkan kurs referensi Jisdor, rupiah melemah menjadi 13.086 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah seiring sentimen regional.

Data valuta asing Bloomberg, Senin (30/3/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah tipis ke level 13.077 per dolar AS pada pukul 12.07  WIB. Rupiah dibuka stabil di level 13.065 pada perdagangan hari ini. Meski demikian, rupiah cenderung berada di level 13.057-13.100 hingga siang ini.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah melemah 22 poin menjadi 13.086 per dolar AS dari periode Jumat 27 Maret 2015 di level 13.064 per dolar AS.

Ekonom PT Standard Chartered Bank, Eric Sugandi menuturkan, tekanan terhadap rupiah dipicu dari sentimen regional yang membuat dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat. Ada sejumlah sentimen regional yang mempengaruhi mata uang.

Pertama, rilis data ekonomi Jepang seperti pertumbuhan ekonomi dan hasil produksi industri yang tak sesuai harapan telah mengangkat dolar AS. Hasil industri produksi Jepang menunjukkan turun 3,4 persen.

Sentimen kapan bank sentral AS/The Federal Reserve menaikkan suku bunga juga masih menjadi fokus perhatian pelaku pasar. Selain itu, Eric mengatakan, ada harapan China juga kemungkinan menurunkan suku bunganya juga mengangkat dolar AS.

"Bila bank sentral di Asia menurunkan suku bunga maka dolar menguat sehingga rupiah kena imbasnya," ujar Eric, saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan sentimen dalam negeri, Eric menilai belum ada yang terlalu mempengaruhi pasar untuk jangka pendek. Pelaku pasar menunggu rilis data ekonomi Indonesia terutama inflasi yang keluar pada awal April 2015.

Adapun kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 500 pada 28 Maret 2015 akan mempengaruhi inflasi pada April 2015.
"Pengaruh inflasi tidak terlalu banyak. Akan tetapi kenaikan harga BBM akan berdampak pada inflasi April 2015 sehingga membuat pelaku pasar berekspektasi terhadap inflasi," tutur Eric.

Eric melihat, rupiah seharusnya berada di kisaran 12.800 per dolar bila dilihat secara fundamental. Harapan bank sentral AS menaikkan suku bunga akan menekan rupiah. Akan tetapi, Eric memperkirakan, rupiah dapat kembali menguat bila data defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal I 2015 membaik.  (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.