Sukses

Data Manufaktur Tak Sesuai Harapan, Wall Street Tertekan

Indeks Standard & Poor 500 turun 0,4 persen menjadi 2.059,69 pada pukul 16.00 waktu New York Amerika Serikat.

Liputan6.com, New York - Wall Street jatuh terpengaruh pengumuman beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang ternyata tak sesuai dengan harapan awal. Data ekonomi yang tak sesuai perkiraan tersebut membuat kekhawatiran bahwa Amerika Serikat juga sedang mengalami perlambatan ekonomi seperti yang dialami oleh beberapa negara maju lainnya.

Mengutip Bloomberg, Kamis (2/4/2015), penurunan saham di Wall Street dipimpin oleh saham-saham di sektor kesehatan dan manufaktur. Saham American Airlines Group Inc dan Delta Air Lines Inc merosot lebih dari 3,7 persen setelah Deutsche Bank memangkas peringkat mereka di tengah kekhawatiran tentang bisnis penerbangan internasional. Wal-Mart Stores Inc dan Johnson & Johnson tergelincir kurang lebih 1,4 persen.

Indeks Standard & Poor 500 turun 0,4 persen menjadi 2.059,69 pada pukul 16.00 waktu New York Amerika Serikat. Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) turun 77,94 poin atau 0,4 persen ke level 17.698,18. Nasdaq Composite Index turun 0,4 persen. Sekitar 7 miliar saham diperdagangkan di bursa Amerika Serikat pada perdagangan hari kemarin, 8 persen lebih tinggi di atas rata-rata.

"Mau tidak mau dengan beberapa data ekonomi yang telah diumumkan maka sentimen yang keluar adalah pertumbuhan ekonomi sedang mengalami perlambatan sedikit," jelas Kepala investasi PNC Bank NA, Philadelphia, AS, Jim Dunigan.

Namun memang, ada beberapa faktor lain yang membuat Wall Street mengalami tekanan seperti telah berakhirnya musim pengumuman laporan keuangan sehingga membuat beberapa pelaku pasar menjalankan strategi ambil untung.

Data Ekonomi
Berdasarkan riset dari ADP Research Institute menunjukkan bahwa data mengenai pembayaran gaji menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menambah 189 ribu pekerja baru pada Maret kemarin. Jumlah tersebut berada di bawah dari konsensi yang dibuat oleh para ekonom. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg, para ekonom memperkirakan penambahan pekerjaan baru mencapai 220 ribu pekerja. Artinya, ada selisih yang cukup besar yaitu mencapai 31 ribu pekerja.

Data yang dilansir oleh ADP Research Institute tersebut mendahulu data yang akan dikeluarkan secara resmi oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Rencananya, Pemerintah AS akan mengeluarkan data tersebut pada Jumat nanti. Data yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut selalu lebih rendah jika dibanding dengan data dari ADP Research Institute.

Sebuah laporan terpisah menunjukkan bahwa data manufaktur pada Maret sedikit mengalami perlambatan. Angka data manufaktur tersebut terus melambat sejak Mei 2013 lalu. The Institute for Supply Management’s index turun menjadi 51,5 dari 52,9 di bulan sebelumnya. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini