Sukses

Pemerintah Diminta Serius Turunkan Harga Barang

Kebijakan kenaikan harga BBM biasanya akan diikuti dengan naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok seperti ongkos angkutan dan harga sembako.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk jenis Premium pada awal tahun 2015. Hal ini membuat pergerakan harga Premium mengikut pergerakan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Kebijakan kenaikan harga BBM tersebut biasanya akan diikut dengan naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok lainnya seperti ongkos angkutan dan harga sembako. Hal ini tentu membuat kehidupan rakyat kian tercekik.

Untuk itu, Ketua Forum Buruh DKI Jakarta, Muhammad Toha meminta pemerintah bersikap serius dalam menunjukkan komitmennya menurunkan harga barang pokok.

"Dalam kondisi seperti ini buruh-buruh di Bekasi sedikit lebih diuntungkan karena mereka memiliki upah lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta," kata Toha saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (3/4/2015).

Toha juga menilai kebijakan pencabutan subsidi tersebut merupakan awal dari kekacauan ekonomi, terutama bagi para buruh dan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

"Kalau kita sebenarnya kecewa dengan pemerintah yang menarik subsidi BBM, yang itu membuat awal kekacauan secara ekonomi. Inikan sesuatu yang belum pernah‎ sebelumnya," terangnya.

Kekacauan bagi buruh bertambah ketika penurunan harga BBM pada awal tahun itu juga tidak dibarengi dengan penurunan harga bahan pokok di pasaran.

Seperti diketahui, pemerintah kembali menaikkan harga BBM jenis Premium dan Solar pada 28 Maret 2015 dengan masing-masing Rp 500 per liter. Dengan demikian, Premium dibandrol Rp 7.400 per liter dan Solar Rp 6.900 per liter.  (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.