Sukses

Tolak Posisi Komut BTN, Sukardi Rinarkit Jadi Stafsus Mensesneg

Sukardi Rinakit menolak posisi Komut karena merasa tidak kompeten dan tak ingin menjadi beban bagi BTN.

Liputan6.com, Jakarta - Sukardi Rinarkit akhirnya angkat bicara soal penolakannya menjadi Komisaris Utama (Komut) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).  Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) itu menolak posisi Komut karena merasa tidak kompeten dan tak ingin menjadi beban bagi BTN.

"Karena sepengetahuan saya performa BTN sangat baik. Kalau saya masuk, padahal  hati saya tidak di situ dan saya bukan bankir (kepala saya kosong tanpa konsep soal perbankan) maka saya tidak akan produktif dan akhirnya hanya menjadi beban BTN," kata Sukardi di Jakarta, Senin (6/4/2015).

Dari sudut pemerintah, Sukardi merasa dirinya ditunjuk karena dianggap tepat di BTN untuk memastikan rakyat miskin mendapatkan akses perumahan dengan lebih mudah. Dengan begitu,  program sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa sukses.

"Jadi positif sekali dan bukan bagi-bagi kue kekuasaan ke saya," ungkap dia.

 

Bank BTN (Istimewa)

Usai menolak posisi Komut BTN, Sukardi mengaku sudah mendapat  posisi baru di pemerintahan. Dia telah bertemu Menteri Sekretaris Negara (Mensegneg) Pratikno, dan akan mendapat tugas khusus menjadi Staf Khusus (Stafsus) Mensesneg.

Pria kelahiran Madiun, 5 juni 1963 itu merasa posisi tersebut sangat cocok dengan kemampuannya sehingga dia menerima tawaran itu.

"Salah satu tugas saya, bersama staf khusus lain, adalah ikut mempersiapkan pidato Presiden. Ini dunia saya," terangnya.

Sekadar informasi, hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank BTN yang digelar pada 24 Maret 2015 telah menunjuk Sukardi Rinakit sebagai Komut. Sementara Kamaruddin Sjam, Amanah Abdulkadir, Agung Kuswandono, Lucky Fathul Aziz, Catherinawati Hadiman dan Arie Coerniadi sebagai Komisaris.

Siapa Sukardi Rinakit?

Sukardi lahir di Madiun, 5 juni 1963. Dia mengecap pendidikan S1 di FISIP Universitas Indonesia. Untuk S2, Sukardi merupakan lulusan dari South East Asia Studies-National University of Singapore. Sedangkan pendidikan terakhirnya yaitu S3 Political Science, National University of Singapore.

Selain sebagai pengamat politik, Sukardi juga sebagai peneliti, pembicara dan penulis beberapa buku dan beberapa media nasional maupun internasional. Salah satu hasil karyanya, yaitu buku berjudul The Indonesian Military After The New Order (Copenhagen, Singapore, 2004).

Tidak hanya itu, pria yang memiliki panggilan akrab Cak Kardi ini pernah menjadi staf peneliti di Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Dia juga pernah menjadi salah satu ghost writer Menteri Dalam Negeri dan Analis Politik Menteri Pertahanan.

Karirnya mulai mencuat ketika Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014. Dia dikenal sebagai orang terdekat Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri.

Komentar-komentarnya mengenai berbagai macam kebijakan pemerintah di masa Pemerintahan SBY dan dibandingkan dengan pemerintahan baru Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, banyak mendapat perhatian dari masyarakat.

Selain analis, dia juga anggota tim sukses Jokowi-JK saat pemilu dan saat ini menjadi salah satu orang tim penasihat kebijakan politik Presiden Jokowi. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.