Sukses

Data Tenaga Kerja AS Bikin Wall Street Sumringah

Pasar baru meresposn hasil rilis data tenaga kerja AS di awal pekan ini sehingga beri sentimen positif ke bursa saham AS.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat di awal pekan perdagangan saham setelah data tenaga kerja AS melemah dari yang diharapkan. Hal itu mendorong harapan bank sentral AS/The Federal Reserve  akan menunda kenaikan suku bunga pertama kali.

Pada penutupan perdagangan saham Senin, (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 117,61 poin (0,66 persen) menjadi 17.880,85. Indeks saham S&P 500 menguat 13,66 poin (0,66 persen) menjadi 2.080,62. Penguatan indeks saham ini diikuti indeks saham Nasdaq menanjak 30,38 poin (0,62 persen) menjadi 4.917,32.

Volume perdagangan saham juga volatile di awal pekan ini seiring bursa saham Eropa tutup memperingati libur Paskah. Di awal perdagangan, indeks saham sempat melemah lalu kemudian naik 1 persen.

Pasar baru merespons hasil data tenaga kerja AS di awal pekan ini. Ketika rilis data tenaga kerja AS diumumkan, bursa saham AS libur di akhir pekan lalu.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kalau pengusaha AS menambahkan 126.000 tenaga kerja pada Maret. Angka ini di bawah harapan ekonom. Ini juga menandakan pasar tenaga kerja AS melambat. Selain itu, data dari Institute for Supply Management menunjukkan perlambatan di sektor jasa.

Data ekonomi ini menegaskan AS kehilangan momentum pertumbuhan. Ini juga sebagai petunjuk The Fed yang akan menaikkan suku bunga paling cepat pada Juni akan mendorong penundaan kenaikan suku bunga.

Pandangan itu juga diperkuat dari pernyataan pimpinan The Fed New York William Dudley. Ia mengatakan, bank sentral fokus terhadap laporan data tenaga kerja yang menunjukkan perlambatan.

"Ada sejumlah pandangan kalau laporan data tenaga kerja AS melemah akan membuat The Fed lebih sabar, dan ini dapat mengakhiri penguatan dolar yang menjadi masalah utama untuk tumbuh," ujar Hayes Miller, Head of Asset Allocation Baring Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (7/4/2015).

Harapan The Fed menaikkan suku bunga pada tahun ini telah mendorong kenaikan dolar sejak pertengahan 2014. Indeks Dolar AS pun naik 0,5 persen pada perdagangan Senin pekan ini. Akan tetapi, tren indeks Dolar hampir melemah 2 persen pada pekan lalu.

Penguatan dolar AS menjadi fokus utama di Wall Street. Penguatan dolar dapat menekan perusahaan multinasional ketika keuntungan dari luar dikonversikan menjadi dolar. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini