Sukses

Warga Perlu Adaptasi Perubahan Harga BBM per Dua Minggu

Masyarakat perlu waktu menyesuaikan harga BBM yang mengikuti harga minyak dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Mekanisme evaluasi harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar yang dilakukan per dua minggu sekali dinilai terlalu cepat. Lantaran, perubahan harga per dua minggu ini membingungkan masyarakat dan pengusaha.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menyatakan, kebingungan ini terjadi hanya karena masyarakat dan pengusaha belum terbiasa dengan mekanisme tersebut.

Namun, jika mekanisme ini terus dipertahankan dalam jangka waktu lama, diyakini tidak ada lagi keberatan dari masyarakat maupun pengusaha.

"Kalau harga BBM, sekarang kita sudah menganut pola mengikuti harga minyak dunia. Memang masih sesuatu yang baru, tetapi mudah-mudahan lama-lama kita bisa terbiasa dengan penyesuaian-penyesuaian ini," ujar Suryo di Jakarta, Minggu (12/4/2015).

Suryo menuturkan, masyarakat dan pengusaha tidak perlu khawatir dengan volatilitas harga BBM saat ini. Suryo meyakini, harga BBM naik turun hanya berlangsung sementara lantaran harga minyak dunia belum kunjung stabil.

"Memang pada saat ini harga minyak dunia sedang tidak stabil tetapi kita harapkan bisa stabil nantinya, sehingga untuk bisnis juga lebih baik," tandasnya.

 

Seorang petugas SPBU mengisi bahan bakar ke salah satu kendaraan di Kuningan, Jakarta, Senin (19/1/2015). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Meski demikian, ia mengharapkan pemerintah juga merevisi jangka waktu evaluasi harga BBM jenis premium dan solar menjadi enam bulan sekali. Ia mengatakan, sebenarnya evaluasi harga BBM per dua minggu sekali sudah sangat baik. "Kalau bisa lebih cepat akan lebih baik," kata Suryo.

Pasalnya, dengan fluktuasi harga harga minyak dunia seperti sekarang, pemerintah dianggap perlu melakukan evaluasi secara cepat agar tidak kembali mensubdisi BBM jenis premium.

"Ini agar mengurangi kemungkinan pemerintah harus mensubsidi. Kalau terlalu lama, misalnya harga minyak naik sedangkan di sini terlalu lama di bawah harga minyak dunia mau tak mau pemerintah harus subsidi," ujar Suryo.

Suryo menuturkan, pengusaha juga harus bisa melakukan penyesuaian secara cepat untuk menghindari kerugian akibat harga BBM fluktuaktif.

"Kalau bisa lebih cepat, dari sisi subsidi kita melihat dari kepentingan pemerintah," lanjut dia.

Sementara itu, terkait lonjakan harga barang kebutuhan masyarakat akibat harga BBM yang fluktuaktif ini, Suryo menilai hal tersebut bisa diatasi dengan mengatur volume suplai barang ke pasar sehingga harga bisa dijaga.

"Harga barang terkait supply and demand, kalau harga naik banjiri saja dengan produknya, nanti juga dia turun," tandas dia. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.