Sukses

Bank Dunia Ramal Ekonomi Asia Timur Bakal Melambat Tahun Ini

perlambatan pertumbuhan ekonomi China akan berlanjut dan mempengaruhi laju perekonomian Asia Timur.

Liputan6.com, New York - Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memprediksi laju pertumbuhan ekonomi Asia Timur akan melambat sepanjang 2015 dan 2016. Bank Dunia meramalkan, ekonomi Asia Timur akan tumbuh 6,7 persen pada 2015 dan 2016.

Angka tersebut lebih rendah dari prediksi yang dirilis pada Oktober tahun lalu, di mana ekonomi Asia Timur diperkirakan tumbuh 6,9 persen pada 2015 dan 6,8 persen di 2016. Sementara pada 2014, perekonomian kawasan tersebut berhasil tumbuh 6,9 persen.

Mengutip laman CNBC, Senin (13/4/2015), Bank Dunia juga memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi China akan berlanjut dan mempengaruhi laju perekonomian Asia Timur. China diprediksi akan tumbuh 7,1 persen di 2015 dan 7 persen setahun setelahnya.

Prediksi tersebut menunjukkan penurunan dari estimasi pertumbuhan ekonomi 7,2 persen di 2015 dan 7,1 persen di 2016 yang dirilis pada Oktober 2014.

"Berbagai kebijakan untuk mengatasi utang pemerintah lokal, perbankan bayangan, mengurangi kapasitas yang berlebihan, menghambat permintaan energi dan kemampuan mengendalikan polusi akan mengurangi investasi dan pertumbuhan manufaktur," tutur para analis di Bank Dunia.

Namun stimulus yang ditargetkan dapat terus mengurangi dampak pertumbuhan jangka pendek. Jika memang ini merupakan tanda-tanda perlambatan, jauh di bawah target indikatif pemerintah China sekitar 7 persen.

Investor akan mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai kesehatan ekonomi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi ditahan hingga tujuh persen dalam tiga bulan pertama tahun ini yang merupakan laju terlemah dalam enam tahun terakhir.

Di luar China, gambaran pertumbuhan ekonomi tampak lebih kuat dengan jatuhnya harga minyak yang menguntungkan sejumlah negara di kawasan tersebut. Pertumbuhan sebagian negara di Asia Timur diprediksi akan meningkat sekitar 50 persen dari tahun lalu menjadi 5,1 persen tahun ini.

Berbagai reformasi ekonomi yang dilakukan dapat meningkatkan daya saing Asia Timur dan membantu kawasan tersebut mempertahankan statusnya sebagai mesin penggerak ekonomi dunia. Seperti halnya Kamboja, Laos, Filipina, Thailand dan negara-negara lain yang diprediksi mendapatkan keuntungan besar dari jatuhnya harga minyak global. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini