Sukses

Kandidat Bos BEI Dorong Perusahaan BUMN Melantai di Bursa

Untuk bisa melantai di bursa, sebuah perusahaan BUMN membutuhkan proses yang panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu program yang diusung oleh kandidat calon Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Abiprayadi Riyanto adalah mendorong perusahaan-perusahaan yang bernaung di dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melantai di bursa alias initial public offering (IPO). Langkah tersebut untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik. Namun memang, Abiprayadi melihat bahwa untuk mencapai hal tersebut membutuhkan proses yang panjang.

"Kami tidak akan berhenti untuk memberikan edukasi kepada perusahaan-perusahaan BUMN untuk bisa melantai," jelasnya di Jakarta, seperti ditulis Rabu (15/4/2015). Menurutnya, dengan melantai di bursa, pengawas perusahaan BUMN tidak hanya kementerian saja namun meluas. Semakin banyak yang menjadi pengawas akan membuat tata kelola perusahaan menjadi lebih baik.

Namun memang, Abiprayani tidak memungkiri bahwa untuk mewujudkan hal tersebut bukan perkara yang murah. Alasannya, untuk bisa melantai di bursa, sebuah perusahaan BUMN membutuhkan proses yang panjang karena harus mendapat restu dari banyak pihak. "Kadang kami mau, perusahaan juga mau, tetapi ternyata DPR belum tentu mau," ujarnya.

Untuk diketahui, untuk bisa melantai di bursa, sebuah perusahaan BUMN membutuhkan proses yang berlapis-lapis. Pertama harus disetujui dahulu oleh Kementerian BUMN. Jika proses tersebut terlampaui, maka diajukan kepada Menteri Keuangan dan akan dibawa ke Komite Privatisasi Perusahaan BUMN. Setelah mendapat persetujuan dari eksekutif, maka langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari legislatif alias Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Senada dengan Abriprayadi, kandidat Direktur Utama BEI lain Tito Sulistio juga berniat untuk mendorong privatisasi perusahaan pelat merah. Hal itu dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pasar modal.

Suasana aktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

"Kami memerlukan emiten yang bagus berkualitas salah satunya privatisasi pada saat pasar tidak baik. Pemerintah harus mengintegrasikan perusahaan. Prinsipnya tidak bisa seorang Menteri BUMN mengatakan Saya akan go public perusahaan kalau market bagus. Harusnya karena go public maka market jadi bagus," kata dia.

Tito melanjutkan, privatisasi perusahaan pelat merah sudah jamak dilakukan di beberapa negara lain seperti di Turki dan Jerman. Bahkan, di Rusia perusahaan pelat merah diprivatisasi dilakukan untuk meratakan pendapatan.

"Rusia pakai kupon, bahkan ada yang gratis misal dana pensiun veteran polisi itu dikasih sahamnya kalau go public sehingga ada pemerataan pendapatan melalui pemilikan," kata dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berkunjung di BEI pada 7 April 2015 memuji perusahaan pelat merah yang telah melantai di BEI. Dengan begitu, keuangan perusahaan  transparan karena terbuka oleh publik. "Tentu saja yang siap bisa melantai. Karena kalau sudah masuk bursa bagusnya apa? Semua transparan. Dibuka semuanya," ujarnya.

Maksud kunjungan Jokowi tersebut juga untuk meninjau perokomian Tanah Air. Hal itu disebabkan pasar modal merupakan instrumen yang bisa dijadikan untuk melihat perekonomian secara nyata.

"Kita harus percaya diri, harus optimis bahwa ekonomi ke depan lebih baik. Itu saya ngeceknya lewat bursa efek," pungkas Jokowi. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini