Sukses

2 Miliarder Tambang Ini Kehilangan Uang Rp 323 Triliun

Dua miliarder tambang asal Australia telah kehilangan uang Rp 323 triliun akibat anjloknya harga bijih besi.

Liputan6.com, Sidney - Australia diprediksi bakal kehilangan setoran royalti US$ 30 miliar atau setara Rp 388,6 triliun (kurs: Rp 12.955 per dolar AS) akibat rontoknya harga bijih besi di pasar internasional.

Dari smh.com.au, Selasa (21/4/2015), Menteri Keuangan Australia Joe Hockey menyebut, dua miliarder tambang Gina Rinehart dan Andrew Forrest disebut-sebut sebagai biang kerok dari merosotnya penerimaan negara tersebut.

Pasalnya, keduanya telah kehilangan uang US$ 25 miliar atau setara Rp 323,8 triliun gara-gara harga bijih besi yang terjun bebas. Akibatnya, Hockey akan merevisi target setoran royalti dalam anggaran negara pada Mei 2015.

Proyeksi pengurangan penerimaan negara US$ 30 miliar tersebut berdasarkan harga bijih besi yang mencapai US$ 35 per ton, dari puncaknya US$ 180 pada 2011.

Sebagai gambaran, pada satu dekade lalu,  Rinehart belum menjadi miliarder. Baru pada 2010, dia hampir dinobatkan menjadi orang terkaya di Australia dengan jumlah kekayaan US$ 4,75 miliar.

Kemudian pada 2012, dengan kekayaan pribadi diestimasikan berjumlah US$ 30 miliar, dia menjadi wanita terkaya di dunia pada saat itu.

Dari jumlah tersebut, kini kekayaannya diestimasikan merosot ke US$ 11 miliar, dan sangat mungkin untuk turun lebih dalam.

Kebangkrutan yang lebih signifikan dialami Forrest, yang pernah memiliki kekayaan US$ 13 miliar pada 2008. Kini, ia masih seorang miliarder, namun diragukan akan bertahan lama.

Pada pekan ini, Fortescue mengungkapkan bahwa operasi pertambangannya masih berjuang untuk tetap berjalan, walau dengan pemotongan biaya. Goldman Sachs merupakan satu di antara yang memprediksikan kekayaan Forrest -yang sebagian besar terikat dengan pergerakan harga saham Fortesque- bakal anjlok ke US$ 500 juta.

Masalah Forrect bukan hanya dari permintaan baja dari China, namun Fortescue kalah saing dari kompetisinya yaitu Rio dan BHP. Dua raksasa pertambangan ini membanjiri pasar dengan bijih besi untuk menghancurkan produser yang menjual produknya dengan harga mahal seperti Fortescue. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.