Sukses

Dunia Kebanjiran Minyak, Arab Saudi Malah Rajin Produksi

Menanggapi persoalan pasokan minyak berlebih itu, Arab Saudi justru memilih untuk mengambil solusi sendiri.

Liputan6.com, New York - Di tengah harga minyak global yang tengah menurun, produksi minyak dunia justru tercatat semakin meningkat. Menanggapi persoalan pasokan minyak berlebih itu, Arab Saudi  justru memilih meningkatkan pasokan minyak ke level yang hampir mencapai rekor tertinggi dan terus memproduksi lebih banyak minyak lagi

Melansir laman Bloomberg, Jumat (24/4/2015), menurut laporan Citigroup Inc. dan UBS AG, eksportir minyak terbesar di dunia itu kini memiliki insentif untuk memaksimalkan produksinya dan menekan sejumlah produsen pesaingnya dengan menggunakan kapasitas cadangannya. Padahal tahun lalu, Arab Saudi berperan menjaga pasar global tetap seimbang.

Sejumlah perusahaan analis lain mengatakan, untuk memenuhi permintaan domestiknya saja, Arab saudi harus memompa jauh lebih banyak minyak. Peningkatan produksi minyak yang bertentangan dengan kehendak anggota OPEC lain untuk memangkas produksi akan meningkatkan ketegangan saat OPEC menggelar pertemuan pada Juni.

Harga minyak telah merosot ke level terendah dalam enam tahun ke level US$ 45 per barel pada Januari, enam pekan setelah Arab Saudi mendorong OPEC untuk tetap mempertahankan produksinya meski AS telah menunjukkan peningkatan pasokan.

"Peningkatan produksi dan ekspor merupakan dampak nyata dari kebijakan minyak baru Arab Saudi. Jika Anda ingin menekan produsen dengan biaya produksi tinggi, kenapa menahan sebagian kapasitas minyak? Gunakan seluruh kapsitas yang ada sekarang," ungkap Head of European Energy Research di Citigroup, London.

International Energy Agency (IEA) melaporkan, nggota dengan produksi tertinggi di OPEC tersebut telah meningkatkan produksinya hingga 10,1 juta barel per hari pada Maret.

Menteri Arab Saudi Ali Al-Naimi yang menekankannegaranya tak akan berbagi pasar dengan para produsen pesaingnya mengatakan produksi minyak AS pernah mencapai 10,3 juta barel dan akan tetap berkisar di level tersebut.

Tahun lalu, ekspor minyak mentah Arab Saudi pernah merosot hingga ke level terendah sekitar 7,11 juta barel per hari di tengah menurunnya impor AS. CEO General Energy Plc Tony Haward mengatakan, aksi penolakan memangkas produksi minyak telah berjalan efektif memperlambat pertumbuhan produksi minyak AS.

IEA yang berbasis di Paris melakukan survei pada 29 negara dan memprediksi pasokan minyak dari negara non-OPEC yang dipimpin AS hanya akan meningkat sekitar 630 ribu per barel, turun dari proyeksi 1,3 juta barel pada November. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.