Sukses

IHSG Rontok, Ini Komentar Menkeu

Selama dua hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hingga 3 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Selama dua hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hingga 3 persen. Penyebabnya karena kekecewaan pasar atau investor terhadap kinerja emiten alias perusahaan terbuka di Indonesia.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro usai menghadiri acara 'Tropical Landscapes Summit 2015' mengungkapkan, ekspektasi investor terlalu tinggi akan pencapaian perusahaan go public di kuartal I tahun ini.

"Itu namanya persepsi. Semua investor sudah punya ekspektasi tinggi, banyak emiten yang harusnya laba lebih tinggi. Tapi banyak laba yang di bawah perkiraan, sehingga mungkin enggak cocok dengan ekspektasi," tegas dia‎ di Jakarta, Selasa (28/4/2015)‎.

Untuk meredam gejolak IHSG, kata Bambang, pemerintah tetap menunjukkan kinerja terbaik melalui tata kelola anggaran negara ke sektor produktif. "Yang penting kita tunjukkan karena realisasi belanja ‎baru dimulai," cetus Bambang.

Laju IHSG bak roller coaster memasuki kuartal II 2015. Laporan kinerja emiten terutama perbankan pada kuartal I 2015 di bawah harapan pelaku pasar ditambah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat memberikan sentimen negatif ke IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham Senin 27 April 2015, IHSG harus tergelincir 189,90 poin (3,49 persen) ke level 5.245,44. Indeks saham ini hampir menembus penutupan perdagangan saham pada 2 Januari 2015 di level 5.242.

Tekanan IHSG pun terus berlanjut pada perdagangan saham Selasa pagi ini. IHSG terus tertekan di zona merah. IHSG dibuka turun 34,30 poin ke level 5.211 pada pra pembukaan perdagangan saham. Sepuluh sektor saham tertekan yang dipimpin oleh sektor saham infrastruktur turun 1,68 persen, sektor saham konstruksi melemah 1,24 persen, dan sektor saham perdagangan melemah 1,58 persen.

Di data RTI pada pukul 11.36 WIB, IHSG turun 58,51 poin (1,12 persen) ke level 5.186,92. Padahal IHSG sempat sentuh level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia di level 5.518 pada 31 Maret 2015.

Sejumlah analis menilai, tekanan terhadap IHSG yang terjadi didorong terutama dari sentimen domestik. Laporan kinerja keuangan pada kuartal I 2015 sejumlah emiten yang di bawah harapan pelaku pasar telah memicu kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2015. David memprediksikan, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 hanya di kisaran 4,8%-5%.

"Tekanan terhadap IHSG sejauh ini soal laporan keuangan kuartal I 2015. Pelaku pasar banyak melepas sejumlah saham bank berkapitalisasi besar mulai dari BRI, Bank Mandiri dan BCA," ujar Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto saat dihubungi Liputan6.com. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.