Sukses

Jurus Investor Hadapi Tekanan IHSG

Aksi jual terjadi di bursa saham mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 135 poin ke level 5.106.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan hingga sesi pertama perdagangan saham Rabu pekan ini. Aksi jual investor asing mencapai Rp 900 miliar memberikan sentimen negatif ke bursa saham.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Rabu (29/4/2015), IHSG turun 135,42 poin (2,58 persen) menjadi 5.106,72. Indeks saham LQ45 melemah 3,41 persen ke level 877,71. Seluruh indeks saham acuan tertekan pada sesi pertama perdagangan saham hari ini.

Di awal pekan ini, IHSG cenderung melemah. Bahkan IHSG ditutup merosot 189,90 poin (3,49 persen) ke level 5.245,44 pada perdagangan saham Senin 27 April 2015. Investor asing pun mencatatkan aksi jual bersih mencapai Rp 4,06 triliun dalam dua hari ini.

Sejumlah analis menilai, kekhawatiran pelaku pasar terhadap kinerja emiten kuartal I 2015 yang di bawah harapan pelaku pasar memberikan sentimen negatif ke bursa saham. Kekhawatiran itu membuat harapan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat di kuartal I 2015. Pelaku pasar pun cenderung melakukan aksi jual di bursa saham.

"Pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 4,8 persen hingga lima persen di kuartal pertama 2015," ujar Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto saat dihubungi Liputan6.com.

Melihat kondisi bursa saham cenderung tertekan, apa yang harus dilakukan para pemodal?

David mengatakan, para investor sebaiknya bersikap defensif sehingga tidak terlalu bernafsu untuk masuk ke bursa saham sambil melihat perkembangan pasar. "Investor sebaiknya bersikap defensif," kata David.

Sementara itu, Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su mengatakan, melihat kondisi saham tertekan, para pelaku pasar dapat mempertimbangkan untuk memilih sektor saham defensif seperti telekomunikasi dan barang konsumen. Sektor saham itu menjadi pilihan mengingat memiliki daya tahan karena kemungkinan meraih pendapatan lebih besar. Hal ini terlihat dari kapitalisasi pasar saham barang konsumen terutama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Saat IHSG tertekan, sektor saham keuangan terutama saham-saham bank paling terkena sentimen negatif. Investor cenderung melakukan aksi jual terutama di saham bank berkapitalisasi besar seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Hal itu membuat kapitalisasi pasar saham bank berkapitalisasi besar menurun. Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pun menggeser posisi saham PT Astra International Tbk dan saham bank lainnya untuk kapitalisasi pasar saham terbesar di bursa. Kapitalisasi pasar saham PT Unilever Indonesia Tbk tercatat mencapai Rp 340 triliun pada Selasa 28 April 2015, dan berada di posisi kedua untuk kapitalisasi pasar saham terbesar. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini