Sukses

Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Picu IHSG Turun 136 Poin

Investor asing masih melanjutkan aksi jual di pasar saham yang mencapai Rp 1,8 triliun pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum beranjak dari zona merah pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Aksi jual masih marak terjadi sehingga menekan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (29/4/2015), IHSG merosot 136,59 poin (2,61 persen) ke level 5.105,56. Saat ini, level IHSG berada di bawah penutupan perdagangan saham 2 Januari 2015 di kisaran 5.242. Indeks saham LQ45 turun 3,45 persen ke level 877,29. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan pada hari ini.

Pada hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.237,21 dan terendah 5.015. Ada sebanyak 246 saham melemah sehingga membuat IHSG tetap di zona merah. Sementara itu, hanya ada 81 saham yang menghijau dan 70 saham lainnya diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 283.311 kali dengan volume perdagangan saham 8,22 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 9,52 triliun.

Secara sektoral, sepuluh sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham barang konsumen melemah 3,79 persen, sektor saham manufaktur tergelincir 3,41 persen, dan sektor saham infrastruktur susut 3,08 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing masih melanjutkan aksi jual. Investor asing melakukan aksi jual bersih mencapai Rp 1,8 triliun. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 1,7 triliun.

Saham-saham yang mencatatkan keuntungan dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham BRMS naik 5,59 persen ke level Rp 151 per saham, saham PNLF mendaki 2,26 persen ke level Rp 317 per saham, dan saham BCIP menanjak 2,6 persen ke level Rp 790 per saham.

Saham-saham berkapitalisasi besar masih alami tekanan. Saham BBCA turun 3,91 persen menjadi Rp 13.500 per saham, saham ASII melemah 3,73 persen ke level Rp 7.100 per saham, dan saham JSMR merosot 7,87 persen ke level Rp 6.150 per saham.

Analis PT BNI Securities, Thendra Crisnanda mengatakan, ada tiga faktor terutama dari domestik yang menekan laju IHSG. Pertama, kekhawatiran pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2015. Diprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,7 persen-4,9 persen pada kuartal I 2015.

Kedua, dampak pertumbuhan ekonomi melambat itu menyeret rata-rata laba bersih emiten turun pada kuartal I 2015. Hal itu ditunjukkan dari kinerja PT Astra International Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk. Ketiga, Thendra mengatakan, isu geopolitik usai pelaksanaan hukuman mati terpidana narkoba dari Australia dan Prancis.

"Isu geopolitik ini hanya sementara. Isu terjadi di tengah perlambatan ekonomi Indonesia," kata Thendra saat dihubungi Liputan6.com.

Meski demikian, PT BNI Securities melihat katalis negatif sudah terjadi di bursa saham. Karena itu, menurut Thendra, bagi investor yang berinvestasi jangka menengah hingga panjang dapat memanfaatkan momentum itu untuk membeli secara bertahap.

Sementara itu, bursa saham Asia juga cenderung merah. Indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,6 persen. Lalu diikuti indeks saham Shanghai melemah 0,2 persen, indeks saham Hong Kong Hang Seng tergelincir 0,3 persen, indeks saham Mumbai merosot 0,6 persen, dan indeks saham Taipei susut 0,8 persen. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.