Sukses

May Day Jadi Momen Renungan bagi Buruh

Selain pendidikan dan kompetensi, Wakil Ketua Kadin Jakarta, Sarman Simanjorang menilai, produktivitas juga jadi kendala para buruh.

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan ribu buruh dan pekerja dari Jakarta dan wilayah sekitarnya akan tumpah ruah di Bundaran Hotel Indonesia dan Istana Negara untuk melakukan aksi unjuk rasa memperingati hari buruh internasional atau biasa disebut May day, pada Jumat, 1 Mei 2015.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang berharap peringatan May day kali ini dapat menjadi momen untuk evaluasi perbaikan kualitas pekerja dan buruh di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara Asean lainnya.

"Kurang lebih 7 bulan lagi kita akan memasuki Masyarakat Ekonomi Asean. Salah satu yang akan diterapkan adalah kebebasan keluar masuknya tenaga kerja terampil di semua negara-negara ASEAN," ujar Sarman dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Jumat (1/5/2015).

Sarman mempertanyakan apakah buruh dan pekerja di Indonesia sudah siap bersaing dengan tenaga kerja dari Negara ASEAN lainnya yang sudah siap masuk ke Indonesia. Menurut Sarman, bila  buruh atau pekerja tidak mewaspadai hal tersebut, maka ia khawatir tenaga kerja Indonesia akan menjadi penonton di negeri sendiri.

"Tenaga kerja di Thailand, Filipina, Kamboja, Myanmar sudah akan siap masuk ke Indonesia dengan kompetensi dan keterampilan yang sudah mumpuni. Bahkan mereka sudah belajar bahasa Indonesia dan budaya Indonesia ini merupakan ancaman serius bagi tenaga kerja kita," ucapnya.

Sarman mengatakan, bila dibanding dengan tenaga kerja dari negara-negara tetangga tersebut, tenaga kerja Indonesia masih jauh di bawah rata-rata. Hal tersebut Sarman mengatakan dapat di lihat dari tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh para tenaga kerja Indonesia.

"Hampir 93 persen masih di dominasi lulusan sekolah dasar dan menengah, hanya sekitar 7 persen yang berpendidikan diploma dan sarjana. Karena itu, pemerintah,pelaku usaha,serikat pekerja dan buruh harus sama-sama meningkatkan SDM tenaga kerja kita, sehingga memiliki daya saing dan mampu mengisi pangsa kerja bukan saja di dalam negeri tapi juga di negara Asean lainnya," kata dia.

Selain pendidikan dan kompetensi, Sarman menilai,  kelemahan tenaga kerja Indonesia yang harus ditingkatkan antara lain masalah produktivitas. Sarman menuturkan, kemampuan mempergunakan komputer dan kemampuan berbahasa Inggris serta sikap dan perilaku kerja masih di bawah rata-rata bila dibanding negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

"Data dari Asean Organization Produktivity menyebutkan dari 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya 4,3 persen yang memiliki keterampilan. Kita masih di bawah Filipina yang mencapai 8,2 persen, Malaysia 32,6 persen  bahkan Singapura mencapai 34,7 persen," ucapnya.

Sarman juga menekankan pentingnya para buruh untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan untuk meningkat penghasilan penerimaan gaji yang lebih baik.

"Ke depan tidak akan mungkin lagi kenaikan gaji atau UMP hanya karena desakan demontrasi turun ke jalan akan tetapi kenaikan gaji atau UMP akan dilihat dari keterampilan yang dimiliki tenaga kerja itu sendiri," ucapnya. (Lukman R/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.