Sukses

Ini Curhatan Pengusaha soal Tuntutan Buruh

Buruh diharapkan memahami kesulitan pengusaha dan tidak melulu menuntut terlalu tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perayaan Hari Buruh Internasional atau May Day, harapan besar bukan saja terhias dari wajah para pekerja tapi juga pengusaha. Pengusaha masih memiliki asa bahwa buruh dan pemerintah akan mengerti kondisi yang tengah dialami industri padat karya.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Eddy Wijanarto sangat berharap agar buruh memahami kesulitan pengusaha dan tidak melulu menuntut terlalu tinggi.

"Situasi ekonomi sekarang sedang sulit, buruh jangan cuma nuntut saja, demo, sehingga investor enggak ada yang mau masuk ke Indonesia," terang dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (1/5/2015).

Sedangkan kepada pemerintah, Eddy meminta pemerintah bersikap adil karena Menteri Tenaga Kerja selama 20 tahun terakhir selalu berpihak pada buruh. Apabila terjadi perundingan atau negosiasi, dia mengeluhkan, pemerintah selalu memenangkannya.

"Alasan pemerintah karena buruh adalah orang-orang yang harus dibela, tidak mampu, takut dengan ribuan orang," ucap Eddy.

Terpisah Vice CEO PT Pan Brothers Tbk, Anne Patricia Sutanto meminta para buruh untuk meningkatkan produktivitas secara riil dan efisiensi untuk bisa bersaing secara regional maupun global.

"Pikirkan dulu produktivitas, efisiensi barulah upah. Karena tuntutan buruh wajar jika disertai itu semua," sambungnya.

Indonesia dan seluruh tenaga kerja termasuk pengusaha, kata dia, perlu jeli dan meningkatkan daya kompetisi dibanding negara lain, terutama ASEAN.

Anne pun berharap besar pada pemerintah agar memikirkan langkah strategis guna mendorong ekonomi rakyat secara nyata dan fokus menggali efisiensi swasta serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Khususnya dalam pembangunan infrastruktur, agrikultural dan industri padat karya," terang dia.

Terkait dengan libur pertama di Hari Buruh Internasional warisan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Anne mengaku perseroan menghormati keputusan pemerintah sebelumnya menetapkan 1 Mei sebagai Hari Libur Nasional.

"Tapi yang perlu diperhatikan Indonesia kebanyakan hari kejepit nasional (harkitnas). Ini yang bikin kita kurang kompetitif," tukasnya. (Fik/Ndw)
    

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini