Sukses

Inflasi Tinggi, Rencana Penurunan BI Rate Terganjal

BPS meminta pemerintah untuk mewaspadai inflasi pada yang berpotensi menanjak pada periode Juni dan Juli 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Bank Indonesia (BI) masih melihat inflasi sebagai bahan pertimbangan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Sayangnya perolehan inflasi 0,36 persen dan inflasi komponen inti 5,04 persen di April ini diperkirakan akan membuat BI berpikir ulang untuk menurunkan BI Rate.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo menyebut, inflasi 0,36 persen (April), inflasi tahun ke tahun 6,79 persen (April 2015 terhadap April 2014), inflasi komponen inti 0,24 persen dan tingkat komponen inti tahun kalender (Januari-April) 1,49 persen serta tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2015 terhadap April 2014) 5,04 persen dianggap masih tinggi.    

"Iya ini artinya bandel, inflasi inti (core inflation) susah berubah, belum cukup mendorong kembali di bawah 5 persen," ujar dia saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Senin (4/5/2015).

Kunci supaya inflasi inti turun, sambung Sasmito, menstabilkan nilai tukar rupiah dan menurunkan nilai valuta asing. Sebab inflasi yang tinggi akan sulit bagi BI untuk memangkas BI Rate.

"Syukur-syukur bisa di bawah 5 persen. Karena kalau inflasi inti tinggi, BI ragu-ragu turunkan BI Rate. Karena inflasi inti jadi bahan BI memangkas BI Rate," tegas dia.

Sasmito meminta pemerintah untuk mewaspadai inflasi pada yang berpotensi menanjak pada periode Juni dan Juli 2015. Pasalnya ada pengaruh dari puasa dan musim liburan sehingga trennya terjadi peningkatan inflasi.

"Waspadai inflasi di Juni dan Juli , kan ada puasa, liburan, biasanya kita kekurangan bahan pangan akibat permintaan yang melonjak," katanya.

Sementara untuk prediksi inflasi di Mei, dia mengaku, akan berada pada angka normal atau tidak berbeda jauh dengan kondisi April 2015 yang tercatat meraih inflasi 0,36 persen. Sasmito meramalkan, inflasi bulan kelima ini di bawah 0,5 persen.

"Tergantung harga beras nanti, mudah-mudahan enggak balik naik dari sekarang yang sudah turun. Dampak kenaikan harga BBM karena diharapkan pengusaha berhemat jangan naikkan tarif lagi karena sudah berkali-kali naikkan tarif. Juga tarif listrik yang naik," ujar dia.(Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini