Sukses

Ekonomi Indonesia Lesu, Siapa yang Tanggung Jawab?

Perekonomian suatu negara tidak hanya tergantung dari kinerja dari pemerintah, melainkan juga terimbas faktor eksternal.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia sedang lesu. Beberapa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa melaporkan bahwa kinerja mereka sepanjang kuartal I 2015 melemah karena permintaan yang turun.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan bahwa tidak seharusnya pemerintah khususnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang harus bertanggung jawab terhadap lemahnya ekonomi dalam negeri. Faktor eksternal yang jadi sebab ekonomi saat ini kurang baik. "Masalahnya adalah ekonomi lagi sulit," kata Sofyan, di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (4/5/2015).

Menurut Sofyan, siapapun yang menjabat menteri di bidang ekonomi mengalami masa-masa sulit. Apalagi, pemerintah Jokowi-JK telah menjalankan kebijakan yang tidak populer, seperti menghilangkan subsidi. Selain itu, mantan Menteri BUMN ini juga melihat faktor eksternal mempengaruhi ekonomi dalam negeri.

"Jadi memang ada kebijakan-kebijakan bagus yang tidak populer ditambah lagi dengan kondisi eksternal. Pertumbuhan China yang tidak tinggi, kondisi Eropa dalam kesulitan dan harga komoditas hancur-hancuran. itu semua mengurangi daya beli masyarakat, oleh sebab itu tidak mungkin disalahkan ke Menkopolhukam tapi pasti ke Menko Perekonomian," papar Sofyan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga membela Sofyan. Menurut dia, perekonomian suatu negara tidak tergantung pemerintah, melainkan faktor eksternal. Tak menutup kemungkinan faktor eksternal menimbulkan kelesuan ekonomi seperti saat ini.

"Perekonomian tidak tergantung pada pemerintah saja tapi banyak tergantung pada masalah di luar. Pada saat harga komoditi turun, mineral turun, terjadi penurunan ekonomi dunia, itu sebabkan efek pada dalam negeri. Efeknya ya seperti tadi, terjadi kelesuan ekonomi, itu efek dari luar," jelas JK.

Mantan Ketua Umum Golkar ini mengatakan langkah yang pemerintah akan lakukan mengatasi kelesuan ini adalah penghematan dan realisasi program prioritas.

"Kami harus hemat lagi. Kami harus jalankan cepat proyek prioritas kalau tidak prioritas ya ditunda dulu. Juga mempercepat investasi dari luar dan dalam," tandas JK.

Pemerintah sendiri cukup optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi bakal kembali membaik pada tahun depan. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,4 hingga 6,5 persen di 2016. Target tersebut mengalami kenaikan dari tahun ini yang dipatok sebesar 5,8 persen.

Jusuf Kalla menilai kenaikan target tersebut tidak terlalu tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi di  tahun ini. Namun pemerintah akan berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan tersebut."Kan 5,8 taun ini, kita berusaha keras. Tidak, itu kan yang setengah persen aja, 0,6 persen. Itu biasa," kata Kalla.

Upaya mencapai pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan meningkatkan belanja infrastruktur baik proyek baru maupun perbaikan yang sudah ada. "Upayanya yang diperbaiki infrastruktur jalan otomatis investasi akan juga. Itu rumusnya, karena kita terhalang investasi luar," tutur JK.
 
Kalla menambahkan, saat ini perekonomian dunia sudah menunjukkan perbaikan, dengan keniakan harga minyak. (Silvanus Alvin/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini