Sukses

IHSG Lesu, Kinerja Reksa Dana Saham Tertekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 7,83 persen sepanjang April 2015 menekan kinerja reksa dana saham.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 7,83 persen sepanjang April 2015 membuat rata-rata imbal hasil reksa dana terutama reksa dana saham tertekan. Aksi jual investor asing karena kekhawatiran terhadap rilis kinerja kuartal I 2015 membuat tekanan ke saham yang menjadi aset reksa dana saham.

Berdasarkan data Infovesta, indeks imbal hasil reksa dana saham turun 7,56 persen untuk kinerja Month on Month (MoM) 30 April 2015. Mayoritas memang portofolio reksa dana saham mencapai 80 persen di saham dan sisanya kas.

Penurunan indeks imbal hasil reksa dana campuran minus 4,66 persen, lalu indeks imbal hasil reksa dana pendapatan melemah 0,63 persen. Sementara itu, kinerja reksa dana secara year to date (Ytd) untuk indeks imbal hasil reksa dana saham melemah 5,28 persen. Padahal IHSG turun 2,69 persen secara Ytd. Indeks imbal hasil reksa dana campuran minus 2,54 persen. Hanya indeks imbal hasil reksa dana pendapatan tetap tumbuh 2,46 persen.

Dari 157 reksa dana, hanya produk reksa dana SAM educational equity tumbuh 0,37 persen. Sedangkan reksa dana Syailendra Dana Ekuitas Plus mencatatkan penurunan tajam mencapai 16,69 persen secara MoM (31 Maret-30 April 2015).

Analis PT Infovesta, Viliawati mengatakan, mayoritas reksa dana saham dan campur tercatat melemah dipicu kinerja saham yang terkoreksi. Sepanjang April 2015, IHSG koreksi hingga 7,83 persen.  Koreksi terjadi karena di akhir hasil laporan keuangan emiten kuartal I di bawah harapan pasar. Ditambah dana asing keluar dari pasar saham pada bulan lalu juga menjadi sentimen pemberat kinerja saham. Pada pekan terakhir April 2015, aksi jual investor asing tercatat mencapai Rp 7 triliun.

(Foto: Antara)

Hal senada dikatakan Invesment Analyst Syailendra Capital Asset Management, Lanang Trihardian. Aksi jual investor begitu masif dalam waktu singkat mendekati akhir April 2015 karena kinerja emiten kuartal I 2015 tak sesuai harapan telah menekan IHSG.

Akan tetapi, Lanang menilai, koreksi terjadi cukup sehat. Lantaran valuasi saham di Indonesia sudah mahal. "Trading saham di Indonesia 16x PE ini sudah tinggi secara historis. Rata-rata trading di Indonesia 13x PE. Jadi ini valuasi sudah di atas rata-rata deviasi valuasi saham lantaran harapan tinggi," kata Lanang saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/5/2015)

Lanang mengatakan, harapan tinggi namun tidak diikuti hasil baik. Akhirnya pelaku pasar merespons negatif dari hasil kinerja emiten kuartal I 2015 yang cenderung melambat. Pemicu kinerja melambat dari perlambatan ekonomi dengan penjualan semen, motor dan mobil turun di kuartal I 2015.

Karena itu, Lanang mengharapkan, pemerintah juga dapat membuat kebijakan yang mendorong dunia usaha di tengah ekonomi lesu. Percepatan pembangunan infrastruktur juga perlu digenjot sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi ditambah investasi asing.

"Saat ini jadi tumpuan government spending dan investasi asing yang perlu digenjot. Karena yang lain sudah lesu," kata Lanang.

Melihat kondisi itu, Lanang yakin masih ada sejumlah sektor saham yang tumbuh baik dalam waktu 2-3 tahun ke depan. Pihaknya pun memilih sektor saham barang konsumen dan bank. "Kami yakin sektor saham ini masih akan tumbuh 2-3 tahun akan tetapi pertumbuhan tidak seperti kemarin," ujar Lanang.

Dengan kondisi bursa saham mengalami koreksi, Lanang mengatakan, investor dapat memanfaatkan momen itu untuk masuk ke bursa saham. "Investor bisa masuk ke bursa saham dengan membeli saham dengan harga lebih atraktif lagi. Dalam jangka panjang emiten masih akan survive," tutur Lanang. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat permodal yang selanjutnya diinvestasikan.

    Reksa Dana

  • IHSG