Sukses

Jurus Perusahaan Migas Hadapi Anjloknya Harga Minyak

Efisiensi yang dilakukan pelaku usaha seperti masing-masing perusahaan biasanya meninjau kembali proyek-proyek eksplorasi.

Liputan6.com, Jakarta - Masih terbenamnya harga minyak dunia sejak beberapa bulan lalu membuat pelaku usaha sektor minyak dan gas (migas) dalam negeri menjalankan stategi efisiensi untuk menekan biaya produksi. Dengan efisiensi tersebut diharapkan laba masih bisa terdongkrak meskipun harga jual turun.

Chairman of The 39th Indonesia Petroleum Association (IPA), Convex Yanto Sianipar mengatakan, beberapa perusahaan migas telah menetapkan target dari awal tahun. Untuk mencapai target tersebut, maka langkah efisiensi harus dilakukan.

"Ada usaha-usaha efisiensi saat bicara harga energi yang menurun, sehingga cost bisa lebih terkontrol, perusaha migas me-review kembali harga-harga tersebut sehingga target tidak terganggu," ujarnya di Hotel Dhamawangsa, Jakarta, Selasa (5/5/2015).

Efisiensi yang dilakukan pelaku usaha seperti masing-masing perusahaan biasanya meninjau kembali proyek-proyek eksplorasi yang akan dikerjakan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak dari penurunan harga minyak tersebut.

"Impact-nya harus minimum. Bukan hanya dari proyek, biaya-biaya operasi juga bisa dioptimumkan, jadi bukan hanya mengentikan proyek," lanjutnya.

Meski demikian, pria yang juga menjabat sebagai Senior Vice President for Goverment Policy and Public Affairs Chevron Indonesia ini juga yakin bahwa penurunan harga ini biasanya sudah diantisipasi oleh pelaku usaha. Terlebih lagi, investasi di sektor migas merupakan investasi jangka panjang yang sudah diperhitungkan secara matang.

"Tapi ini jangka panjang, dipersiapkan untuk 2 tahun hingga 3 tahun ke depan berdasarkan forecast 2 tahun sampai 3 tahun mendatang, bukan hanya tahun ini saja. Di Chevron misalnya, semua proses kerja di-review, tempat yang bisa dihemat, sehingga target tidak diturunkan," tandasnya.

Pada perdagangan Senin (5/5/2015), Harga minyak mentah Inggris Brent, yang menjadi patokan minyak dunia, menyentuh posisi tertinggi di tahun ini dari US$ 67,10 sebelum akhirnya menetap satu sen di bawahnya US$ 66,45 per barel di akhir perdagangan. Libur umum di Inggris telah membatasi volume perdagangan minyak Brent. Sementara minyak mentah AS menetap 22 sen menjadi US$ 58,93 per barel. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.