Sukses

IHSG Melemah Sendirian di Asia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,64 persen ke level 5.141 pada perdagangan saham awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah tipis memasuki kuartal II 2015. Bahkan IHSG melemah 1,64 persen ke level 5.141 secara year to date (Ytd) pada perdagangan saham Senin 4 Mei 2015.

IHSG malah minus 1,64 persen di tengah bursa saham Asia cenderung menguat. Indeks saham China mencatatkan kenaikan tertinggi di antara bursa saham Asia Pacifik. Indeks saham China naik 38,51 persen ke level 4.480,46.

Lalu diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 19,14 persen ke level 28.123,82. Indeks saham Jepang Nikkei menanjak 11,92 persen ke level 19.531,63 dan indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 11,31 persen ke level 2.132,23.

Sementara itu, sektor saham perdagangan, jasa dan investasi tumbuh tertinggi memasuki kuartal II 2015. Sektor saham perdagangan, jasa dan investasi naik 8,56 persen, lalu disusul sektor saham barang konsumen mendaki 7,32 persen, dan sektor saham keuangan naik 3,07 persen.

Sedangkan sektor saham industri dasar turun 18,47 persen, disusul sektor saham perkebunan tergelincir 15,72 persen, dan sektor saham pertambangan melemah 13,42 persen.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, pelaku pasar kecewa terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia dipicu dari kinerja emiten melambat di kuartal I 2015 mendorong IHSG tertekan.

"Pelaku pasar cenderung stay away dari pasar karena ekonomi tak sebagus perkiraan. Aksi jual pun terjadi di bursa saham," ujar Reza, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/5/2015).

Sementara itu, bursa saham Asia dan global cenderung bertumbuh sepanjang 2015, menurut Reza karena sedang mengalami pemulihan. Pemerintah Jepang melonggarkan moneternya ditambah stimulus.

Perlambatan Ekonomi Kuartal I Jadi Pecut bagi Pemerintah

Investment Analyst PT Syailendra Capital Asset Management, Lanang Trihardian mengatakan, kondisi ekonomi di kuartal II 2015 masih belum akan membaik. Apalagi kalau fundamental ekonomi belum ada perubahan ditambah sektor riil belum membaik.

Lanang mengatakan, ada sejumlah hal yang perlu dicermati pelaku pasar di kuartal II 2015. Pertama, inflasi tinggi. Kemungkinan inflasi tinggi terutama menghadapi masa puasa dan Lebaran. Kedua, neraca transaksi berjalan. "Selama ini dua kuartal defisit neraca transaksi berjalan cenderung turun. Diharapkan ke depan seperti itu," kata Lanang.

Ketiga, pergerakan nilai tular rupiah. Lanang juga mengharapkan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung stabil. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 28 poin menjadi 12.993 per dolar AS dari periode Senin 4 Mei 2015 di kisaran 13.021 per dolar AS.

Selain itu, Lanang mengatakan, pemerintah juga perlu mengeluarkan kebijakan yang memberikan kepastian dunia usaha. Selama ini pemerintah dinilai memberikan rencana kebijakan terutama menggenjot penerimaan pajak di tengah ekonomi melambat. Sebelumnya target penerimaan pajak diharapkan mencapai Rp 1.296 triliun pada 2015. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini