Sukses

Ekonomi Indonesia Melambat, Rupiah Ikut Loyo

Rupiah kembali ke jalur pelemahannya lantaran laju pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat secara tak terduga.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tak terduga kembali melemah dua kuartal berturut-turut menyusul penurunan belanja pemerintah dan volume ekspor. Rupiah pun kembali ke jalur pelemahannya.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Rabu (6/5/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 13.040 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah 47 poin ke level 12.993 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,3 persen ke level 13.022 per dolar AS. Sebelumnya, nilai tukar rupiah melemah lebih dalam di level 13.036 per dolar AS.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah melemah di kisaran 13.022 - 13.065 per dolar AS.

Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 tercatat 4,71 persen secara Year on Year (YoY), menurun dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 5,02 persen. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi melambat pada periode ini sejalan dengan berbagai indikator yang dipantau oleh Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.

Presiden Joko Widodo yang menjabat sejak Oktober tahun lalu berupaya meningkatkan belanja infrastruktur, mendorong investasi dan meningkatkan perekonomian hingga tujuh persen pada 2017.

Upaya-upaya tersebut semakin rumit dengan perlambatan ekspor komoditas utama nasional, sementara belanja konsumsi yang selama ini mendorong pertumbuhan menunjukkan tanda-tanda perlambatan lantaran pelemahan rupiah dan harga yang semakin tinggi.

"Dengan kebijakan moneter yang terhambat kenaikan inflasi, pemerintah harus dengan cepat melakukan belanja infrastruktur dan meningkatkan nilai tukar rupiah. Belanja pemerintah kini menyebabkan perlambatan dan harus segera dilakukan secara efisien," ujar ekonom ANZ Banking Group Ltd. Glenn Maguire.

Pelemahan rupiah saat ini merupakan yang terbesar dibandingkan 11 mata uang Asia lain. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.