Sukses

RI Disalip Vietnam ‎Jadi Pemasok Sepatu Terbesar di Dunia

Indonesia merupakan salah satu negara pemasok sepatu terbesar di dunia, selain China dan Vietnam.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara pemasok sepatu terbesar di dunia, selain China dan Vietnam. Sayangnya nilai ekspor sepatu asal Indonesia tertinggal jauh dari dua negara pesaingnya karena regulasi dan persoalan izin di daerah.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Harijanto ‎mengungkapkan, pensuplai sepatu terbesar di dunia adalah Vietnam, China dan Indonesia. Indonesia berada di urutan ketiga dengan nilai ekspor mencapai US$ 4 miliar atau naik dua kali lipat dibanding realisasi 10 tahun lalu senilai US$ 2 miliar.

"Sedangkan Vietnam sudah mampu melewati Indonesia dalam 5 tahun ini. Nilai ekspor sepatu Vietnam ke seluruh dunia menembus angka US$ 10 miliar atau terbang jauh dari pencapaian US$ 100 juta sejak 10 tahun lalu. Jadi Vietnam hampir naik 25 kali lipat," terang dia dalam Diskusi Mengefektifkan Kebijakan Insentif Untuk Menggerakkan Investasi di Gedung BKPM, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

Jika melongok ekspor sepatu atau alas kaki China, kata Harijanto, ‎angkanya menembus US$ 70 miliar. Posisi Vietnam yang mengungguli Indonesia, sambungnya, sangat ironis bagi negara yang justru menjadi salah satu negara tujuan investasi favorit. Hanya saja, industri persepatuan ini kurang mendapat dukungan regulasi dari pemerintah sehingga Vietnam sukses menyalip negara ini.

"Padahal dari kenyamanan investasi, kita lebih unggul. Tapi kita kalah oleh Vietnam karena regulasi, birokrasi izin di daerah, bea cukai dan masalah perburuhan. Kondisi ini bikin investor enggak mau datang ke Indonesia," paparnya.

Padahal, tambah Harijanto, Indonesia mempunyai potensi besar untuk masuk dan merebut pasar sepatu di luar negeri, selain ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) sebagai negara tujuan ekspor sepatu terbesar Indonesia. Potensi pasar sepatu di dunia, dia bilang, senilai US$ 25 miliar.
Sementara saat ini Indonesia baru menguasai 2 persen dari pangsa pasar dunia yaitu sekitar US$ 4 miliar.

"Jadi kita punya potensi besar, enggak boleh kehilangan momentum ini karena perusahaan China sudah susah investasi dan ekspansi lantaran upah tinggi dan masalah keamanan sosial sehingga mereka harus relokasi dengan tujuan utamanya ke Indonesia, bukan ke Myanmar atau India yang belum siap," tukas Harijanto.  (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini