Sukses

Tanah Longsor Pangalengan Bukan Akibat Pembangkit Panas Bumi

Badan Geologi Kementerian ESDM sudah memperingatkan bahwa kondisi tanah di sekitar wilayah PLTU labil.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah musibah tanah longsor di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat disebabkan oleh aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Longsor tersebut terjadi karena memang struktur tanah di daerah tersebut tidak stabil.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulayana mengatakan, sebelum musibah tersebut terjadi Badan Geologi Kementerian ESDM sudah memperingatkan bahwa kondisi tanah di wilayah tersebut labil, sehingga pemukiman di wilayah tersebut perlu direlokasi.

"Sudah ada masukan dari Badan Geologi soal kondisi tanah di atas pemukiman dan pipa berada, agar penduduk sekitar situ diungsikan karena kondisi tanah semakin labil," kata Rida, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

Namun sebelum direlokasi, tanah selebar 500 meter tersebut sudah terlanjur longsor. Longsoran tersebut menimpa rumah penduduk dan pipa pemasok uap panas bumi ke PLTP Wayang Windu yang dioperatori oleh PT Star Energy.

"Hujan deras, tanah sedang kritis kemudian bergeser menyebabkan longsoran tanah yang masif besar," ungkapnya.

Longsoran tersebut membuat pipa terpecah menjadi tiga bagian, aliran uap yang tertimbun tanah membuat ledakan karena tekanannya mencapai 10 bar.

"Longsoran itu merusak pipa, menyebabkan pondasi pipa bergeser putus tiga bagian, fluida uapnya ikut tertimbun. Jadi patahnya pipa karena lonsoran, bukan pipa penyebab longsor, karena tertimbun sedikit membengkak membuat seperti ledakan suara itu membuat tanah menimbun itu berhamburan," jelasnya.

Menurut Rida, selain kondisi tanah labil, tanah longsor tersebut disebabkan oleh penggundulan hutan, dan disulap menjadi perkebunan oleh warga sekitar.

" komposisi tanah tanah vukanik labil, di lokasi itu pohon jarang akibat dialih fungsikan pertanian, penggundulannya masif untuk nanam kol kentang untuk tambahan pendapatan masyarakat sekitar," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Direktur Star Energy Geothermal Rudy Suparman menjelaskan, luncuran longsor membuat 3 pipa utama panas bumi terpotong, sehingga mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar.

"Saat tanah longsor terjadi, pipa seperti digunting dan langsung mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar, sehingga terdengar seperti bunyi ledakan. Tekanan begitu tinggi," katanya.

Longsor tersebut mengakibatkan 1 warga meninggal dan beberapa lainnya cedera. Namun, para korban tidak terluka karena semburan uap panas milik Star Energy yang meledak.

"Dari 10 korban yang salah satunya meninggal, tidak ada yang terluka bakar," imbuh Rudy.

Perusahaan Star Energy turut mengalami kerugian akibat longsor tersebut. Namun menurut Rudy, pihaknya tetap berkomitmen membantu para korban. Termasuk memfasilitasi dan membantu upaya evakuasi warga korban longsor tersebut. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Longsor atau disebut gerakan tanah, adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi, karena pergerakan masa batuan atau tanah.

    longsor