Sukses

Cuma AS yang Merasa Harga Minyak Murah Berdampak Positif

Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, harga minyak rendah memang positif dalam jangka pendek tapi tidak untuk jangka panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertengahan tahun lalu, harga minyak dunia terus melemah secara dramatis hingga sempat menyentuh kisaran US$ 48 per barel. Jika dihitung, penurunan harga minyak dunia sudah mencapai 50 persen dari posisi tertinggi.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, hanya Amerika Serikat (AS) yang merasa harga minyak murah berdampak positif bagi konsumen saat menghadiri roundtable tahunan Asian Development Bank (ADB) beberapa waktu lalu.

"Mayoritas negara di dunia terkena dampak penurunan harga minyak. Cuma AS yang merasa harga minyak rendah positif bagi konsumen," terangnya saat berbicara di acara Institute of International Finance (IIF) Asia Summit di Jakarta, Kamis (7/5/2015).

Menurut Bambang, harga minyak rendah memang positif dalam jangka pendek tapi tidak untuk jangka menengah dan panjang. Pasalnya, harga minyak murah menyebabkan harga komoditas lain menjadi rendah.

Diceritakan Bambang, diskusi di sesi pertama memang dipenuhi pembahasan mengenai harga minyak rendah. Namun di sesi kedua, pembahasan para petinggi negara itu beralih fokus pada harga komoditas.

"Karena kebanyakan negara yang hadir tidak produksi minyak, tapi mereka produksi teh, kopi, CPO seperti di Indonesia. Jadi perlu solusi global jangka panjang guna menghadapi harga minyak murah," tandasnya.

Sebelumnya, analis energi senior di Oppenheimer,  Fadel Gheit menjelaskan, meskipun harga minyak telah telah menunjukkan kenaikan dari level terendah di kisaran US$ 45 per barel menjadi US$ 60 per barel, namun ada kemungkinan harga komoditas tersebut akan kembali merosot.

"Jika harga minyak stabil di atas US$ 60, saya yakin produksi minyak akan terus tumbuh pada semester kedua tahun ini. Lebih banyak perusahaan akan mengebor lebih banyak sumur," ujarnya.

Jika hal tersebut terjadi, maka kemungkinan besar harga minyak akan kembali anjlok karena pasokan akan kembali bertambah. Di tahun ini memang beberapa perusahaan pengeboran minyak menutup atau menghentikan operasional mereka sebagai langkah efisiensi. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.