Sukses

Kompak dengan Regional, IHSG Ambruk

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 247.120 kali dengan volume perdagangan saham 7,11 miliar saham.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berada di zona merah pada perdagangan Kamis (7/5/2015). Penurunan IHSG seirama dengan bursa regional.

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG turun 34,46 poin (0,66 persen) ke level 5.150,48. Indeks saham LQ45 melemah 0,85 persen ke level 890,04. Seluruh indeks saham acuan memerah pada perdagangan hari ini.

IHSG sempat sentuh level tertinggi di 5.183,49 dan terendah 5.137,81. Ada sebanyak 109 saham menguat namun tak mampu mendorong IHSG. Sedangkan 174 saham memerah sehingga menekan IHSG. 96 saham lainnya diam di tempat.

Secara sektoral, sebagian besar saham melemah kecuali sektor saham infrastruktur yang naik 0,48 persen dan sektor perdagangan yang menguat 0,66 persen.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 247.120  kali dengan volume perdagangan saham 7,11 miliar saham. Nilai transaksi saham sekitar Rp 5,90 triliun.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 400 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih mencapai Rp 400 miliar.

Beberapa saham yang menguat pada hari ini adalah saham BIPP naik 24 persen ke level Rp 93 per saham, saham SDMU mendaki 21,30 persen ke level Rp 279 per saham, dan saham DSFI menanjak 14,74 persen ke level Rp 109 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham CMPP turun 17,24 persen ke level Rp 96 per saham, saham FPNI melemah 14,58 persen ke level Rp 82 per saham, dan saham AHAP tergelincir 13,64 persen ke level Rp 190 per saham.

Head of Research Division PT Universal Broker, Satrio Utomo mengatakan, penurunan IHSG seiring dengan indeks regional. Dow Jones Industrial Averange melemah 0,48 persen, Nasdaq juga turun 0,40 persen.

Di Asia, Indeks Nikkei Jepang melemah 1,23 persen, Indeks Strait Times Singapura juga turun 0,88 persen. "Penyebab utama penurunan indeks ini adalah pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen yang mengungkapkan bahwa valuasi saham sudah terlalu tinggi," tuturnya.

Namun di Indonesia, penurunan indeks tidak terlalu tinggi karena investor lokal masih mampu menahan nett sell yang dilakukan oleh investor asing. Investor lokal melakukan aksi beli saham-saham konsumsi, perdagangan dan infrastruktur.(Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini