Sukses

Separuh Miliarder Amerika Anggap Diri Tak Kaya

Walau dengan pendapatan jutaan dolar, Para miliarder Amerika tak mau disebut orang kaya. Mengapa?

Liputan6.com, New York - David Tepper, seorang hedge fund pendiri Appaloosa Management, perusahaan investasi dengan dana kelolaan lebih dari US$ 20 miliar, pernah menganggap dirinya seorang kelas menengah yang terperangkap di tubuh pria kaya. Anggapan tersebut muncul karena ia tak pernah menganggap dirinya seorang miliarder namun banyak yang menyebut ia adalah salah satu orang terkaya di Amerika.

Ternyata, kebanyakan miliarder di Amerika mengalami penolakan yang serupa. Termasuk dalam jajaran orang kaya tapi masing menganggap diri sebagai kelas menengah. Mengutip CNBC, Minggu (9/5/2015), berdasarkan survei yang CNBC lakukan, mayoritas miliarder yang menjadi responden mendeskripsikan diri mereka sebagai kelas menengah atau setidaknya kelas menengah atas. Padahal mereka merupakan 10 persen orang-orang terkaya di Amerika Serikat.

Lengkapnya, 44 persen miliarder tersebut mendeskripsikan diri sebagai kelas menengah, 40 persen memasukkan diri mereka ke dalam kategori kelas menengah atas, hanya 4 persen yang mendeskripsikan diri mereka hidup berkecukupan dan hanya 5 persen yang mendeskripsikan diri mereka sebagai kelas atas.

Bahkan dalam survei tersebut, mereka yang mempunyai pendapatan lebih dari $5 juta  atau setara Rp 65 miliar (estimasik kurs: Rp 13.000 per dolarAS), yang seharusnya masuk dalam kategori 5 persen terkaya, masih berpikir bahwa mereka merupakan kelas menengah.

Menurut survei tersebut, 49 persen dari dari mereka mendeskripsikan diri sebagai kelas menengah atas, dan 23 persennya menganggap diri kelas menengah. Hanya 11 persen yang mengaku kaya. Menurut beberapa perencana keuangan, ini berakar dari aspek psikologis, dimana kekayaan di masa kini berasal dari kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan super kaya.

Menurut studi, lebih dari tiga perempat dari miliarder masa kini yang mendulang kekayaan sendiri, dan bermula dari kelas menengah atau lebih bawah. PAr perencana keuangan yang khusus menangani orang-orang kaya menerangkan bahwa mereka yang menjadi miliarder dari usaha sendiri kemungkinan masih memiliki nilai kelas menengah: kerja keras, rendah diri, dan kekeluargaan.

Studi tahun lalu dari Emmanuel Saez, profesor ekonomi di University of California, Berkeley, dan Gabriel Zucman, asisten dosen di London School of Economics dan pernah menjadi sarjana di UC Berkeley, membuktikan bahwa mereka yang berada di urutan bawah dari 1 persen orang terkaya, merasa kekayaan mereka rata alias tidak mengalami peningkatan yang berarti selama 20 tahun terakhir.

George Walper, pemimpin Spectrem Group, yang menelaah survei untuk CNBC pada Maret 2015 lalu, mengungkapkan bahwa orang-orang kaya sekarang ini hanya ingin menghindari dilabeli orang kaya karena ketidakramahan masyarakat pada orang-orang kaya.

"Mayoritas orang-orang kaya Amerika Serikat adalah mereka yang tidak ingin tahu seberapa kaya mereka sebenarnya," ungkap Walper.

"Orang yang ingin jadi terdepan di media sangat kecil. Kebanyakan dari mereka berkata Saya hanya penduduk Amerika kebanyakan." tambahnya.

Survey itu melibatkan 750 orang Amerika yang jumlah pendapatannya $1 juta  atau setara Rp 13 miliar atau lebih. (Ikr/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.