Sukses

Awal Pekan, Rupiah Masih di Level 13.100 per Dolar AS

Hari ini rupiah akhirnya menunjukkan penguatan, meski masih di kisaran 13.100 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah tercatat memimpin pelemahan 1,2 persen di antara negara-negara Asia dan nyaris menembus level 13.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. Hari ini, rupiah akhirnya menunjukkan penguatan, meski masih di kisaran 13.100 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (11/5/2015), menunjukkan rupiah menguat tipis dan masih berkutat di kisaran 13.100 per dolar AS. Pada perdagangan di awal pekan, rupiah berada di level 13.116 per dolar AS setelah akhir pekan lalu melemah cukup signifikan ke kisaran 13.177 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, juga menunjukkan penguatan tipis nilai tukar rupiah sebesar 0,05 persen ke level 13.114 per dolar AS. Nilai tukar rupiah sebelumnya juga dibuka menguat di level 13.082 per dolar AS. Tak bergerak signifikan, nilai tukar rupiah tercatat masih berkutat di kisaran 13.077-13.130 per dolar AS.

Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditopang dari sentimen eksternal. Rilis data ekonomi AS bervariasi membuat dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kalau angka pengangguran turun ke level 5,4 persen.

Sedangkan jumlah data penggajian non sektor pertanian atau disebut nonfarm payroll  bertambah menjadi 223 ribu pekerja pada April 2015. "Sedangkan dari domestik, ada ketakutan pelaku pasar terhadap perlambatan ekonomi di kuartal I 2015. Akan tetapi, perlambatan ekonomi terjadi wajar karena belanja pemerintah belum maksimal," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, realisasi belanja pemerintah mulai maksimal pada kuartal II 2015. Hal ini diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini hanya sementara. Lantaran rencana kenaikan suku bunga AS masih mewarnai laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.  "Volatilitas rupiah masih akan cukup tinggi di kisaran 13.000 per dolar AS," ujar Rully.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Dian Ayu Yustina menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah kali ini dipicu sentimen negatif dari dalam negeri. Adanya kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi salah satu penyebab melemahnya rupiah lebih jauh.

Pekan lalu, Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen. Dalam data BPS, perlambatan pertumbuhan ekonomi RI dipengaruhi melemahnya perekonomian di China.

Rupiah melemah setelah pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kebijakan moneter.

Dian melanjutkan, penyebab lain pelemahan rupiah adalah isu keinginan pemerintah untuk memangkas suku bunga. Jika Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate, maka imbal hasil yang didapat oleh investor di instrumen pasar uang juga akan menurun. Hal tersebut mengakibatkan larinya dana-dana asing ke luar dari Indonesia (capital outflow).

Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, dirinya akan menahan suku bunga tetap stagnan  dalam beberapa waktu ke depan. Saat ini suku bunga acuan berada di kisaran 7,5 persen. (Sis/Ahm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.