Sukses

Meski Rugi Saat IPO, Merdeka Yakin Bisa Cetak Untung Besar

PT Merdeka Copper Gold Tbk berencana menggelar IPO meski perusahaan masih dalam kondisi rugi karena belum mulai produksi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Merdeka Copper Gold Tbk (Merdeka) berencana menggelar penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada Juni 2015.

Jika rencana ini terealisasi, Merdeka akan menjadi perusahaan tambang mineral pertama yang belum melakukan aktivitas produksi tapi telah berkesempatan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lantaran belum melakukan aktivitas produksi, maka Merdeka mencatatkan kerugian dalam laporan kinerja perusahaan.

"Tahun lalu, kami rugi hingga US$ 5 juta dan kerugian akan berjalan hingga produksi berjalan pada akhir 2016 dan kami mulai melakukan penjualan pada 2017. Laba bersih diprediksi akan mencapai US$ 19,2 juta dan akan terus meningkat ke depan," terang Direktur PT Merdeka Copper Gold Tbk Hardi Wijaya Liong.

Kegiatan perusahaan saat ini masih berkeliling memantau berbagai peluang mengingat konstruksi tambang mineral di kawasan Banyuwangi, Jawa Timur baru akan berlangsung pertengahan tahun ini.

Hardi menerangkan, dana segar dari IPO yang masuk dalam bentuk equity dapat mengurangi rasio debt to equity saat ini.

"Dengan pendapatan yang terus meningkat setelah kami melakukan produksi dan penjualan, rasio debt to equity tentu akan terus berkurang," kata dia.

Perseroan akan menyalurkan seluruh dana bersih dari IPO perseroan pada entitas anak PT Bumi Suksesindo (BSI) yang sahamnya dimiliki 99,9 persen oleh Merdeka. Dana tersebut selanjutnya akan digunakan BSI untuk belanja modal sekitar 50 persen, untuk pelunasan utang sekitar 40 persen dan modal kerja sebesar 10 persen.

Saat ini, kedua anak usaha Merdeka, BSI dan PT Damai Suksesindo, masing-masing telah mengantongi izin operasi produksi dan ijin eksplorasi atas pertambangan emas, perak, tembaga dan mineral lainnya di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur.

Proyek Tujuh Bukit di Banyuwangi tersebut memiliki sumber daya mineral yang sangat besar. Pada lapisan Oksida terdapat sebesar 90.904.346 ton mineral yang terdiri dari 2.142.064 ounce emas pada konsentrasi 0,73 gram/ton Au dan perak seberat 75.129.831 ounce pada konsentrasi 25,71 gram/ton Ag. Sementara di lapisan Porfiri terdapat sebanyak 19.285.451.933 lbs tembaga dan 28.124.630 oz emas.

Targetnya, melalui tambang tersebut, Mardeka dapat meraih produksi emas hingga 90 ribu ounce hingga satu juta ounce per tahun.

Hardi menjelaskan, butuh waktu sekitar 20 bulan untuk melakukan konstruksi hingga dapat memproduksi mineral. Belanja modal yang dibutuhkan berjumlah sekitar US$ 126,2 juta.

"Dari 2017 kami prediksi tambang tersebut sudah bisa menghasilkan pendapatan. Operasi akan berlangsung selama 8-9 tahun dengan produksi bijih rata-rata mencapai 3 juta ton per tahun menggunakan metode heap leach," terangnya.

Menurut Hardi, metode tersebut dapat mengefisienasi investasi awal, ramah lingkungan dan menghemat biaya operasional.

Untuk mendukung keberhasilan IPO ini, Merdeka telah menunjuk PT Indopremier Securities dan PT Bahana Securitues agar bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi saham.

Direktur PT Indopremier Securities Moleonoto mengatakan, pihaknya telah memperoleh respon yang sangat positif dari para investor institusi dan perorangan terhadap IPO Merdeka. Selain itu, Merdeka memiiki sumber daya yang sangat besar untuk dieksplorasi.

"Mereka punya sumber daya tembaga yang sangat besar, kedua terbesar setelah tambang Grasberg, Freeport. Ini memberikan akses tambang yang memiliki cadangan besar," katanya.

Kondisi saat ini, periode 2015-2016 merupakan tahapan pre-produksi. Artinya perusahaan memang belum mencetak untung dan baru bisa memproyeksi laba bersih setelah produksi dimulai.(Sis/Nrm)

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.