Sukses

Penurunan Imbal Hasil Obligasi Bikin Wall Street Tertekan

Satu atau dua sentimen positif masih sulit untuk mendorong Wall Street untuk bisa kembali ke puncak rekor tertinggi.

Liputan6.com, New York - Saham-saham di Amerika Serikat (AS) kembali melorot untuk hari kedua bergabung dengan penurunan yang terjadi di pasar saham global. Salah satu sentimen yang menjadi pendorong pelemahan Wall Street adalah penurunan imbal hasil di pasar obligasi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (13/5/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 0,3 persen menjadi 2.090,08 pada pukul 04.00 sore waktu New York, Amerika Serikat. Apa yang terjadi di indeks patokan tersebut seirama dengan yang dialami oleh imbal hasil surat utang dengan jangka waktu 10 tahun yang mengalami penurunan dari level tertinggi sejak November tahun lalu.

"Bila Anda membeli saham saat indeks acuan berada di level tertinggi, Anda harus banyak-banyak berharap akan adanya berita baik daripada yang ada saat ini," jelas analis saham Miller Tabak & Co, Matt Maley. Menurutnya, satu atau dua sentimen positif masih sulit untuk mendorong Wall Street untuk bisa kembali ke puncak rekor tertinggi.

Penurunan Indeks Standard & Poor 500 didorong oleh turunnya saham-saham di sektor energi karena harga minyak mentah tak kunjung pulih. Sektor saham energi memang terus tertekan sejak Januari 2015 lalu setelah harga minyak berada di level terendah dalam sejarah.

Penurunan imbal hasil surat utang ternyata berpengaruh ke instrumen investasi lain seperti saham. Penurunan tersebut terjadi setelah adanya pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa.

Di pasar saham AS sendiri para investor masih menunggu kejelasan mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan yang bakal dilakukan oleh The Fed. Sebagian besar pelaku pasar melihat bahwa kemungkinan besar Bank Sentral AS belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini.

Pasalnya, tanda-tanda pemulihan ekonomi belum nampak jelas yang terlihat dari data-data yang ada. Meskipun angka pengangguran telah berada di level terbaik sejak krisis yang terjadi pada 2008 lalu, namun angka lain seperti peningkatan gaji dan inflasi belum terlalu mendukung.

Pada perdagangan kemarin, Wall Street juga melemah. Pelemahan indeks saham acuan di bursa saham AS didorong kekhawatiran investor terhadap Yunani. Investor pesimistis terhadap pertemuan menteri Keuangan Eropa yang membahas kesepakatan reformasi untuk Yunani soal pembayaran utangnya. Yunani membayar utang sekitar 750 juta euro atau sekitar US$ 836 juta kepada Dana Moneter Internasional (IMF).

Selain sentimen Yunani, investor juga fokus melihat perkembangan kondisi ekonomi China. Bank sentral China telah memangkas suku bunga ketiga kalinya dalam enam bulan yang diharapkan dorong pertumbuhan ekonomi. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini