Sukses

Mampu Menguat Tipis, Namun Rupiah Masih di Jalur Pelemahan

Nilai tukar rupiah menguat tipis hari ini ke kisaran 13.100 per dolar AS setelah sehari sebelumnya menyentuh level 13.200 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis pada perdagangan Rabu (13/5/2015) ke kisaran 13.100 per dolar AS setelah sehari sebelumnya melemah ke level 13.200 per dolar AS. Meski menunjukkan penguatan, nilai tukar rupiah masih berada di jalur pelemahannya dan rentan untuk kembali tergelincir ke kisaran 13.200 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, menunjukkan nilai tukar rupiah menguat ke level 13.188 per dolar AS. Rupiah mengalami penguatan 15 poin saja dari level 13.203 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, data valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah menguat sangat tipis 0,01 persen ke level 13.193 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:02 waktu Jakarta. Rupiah sebelumnya dibuka menguat di level 13.171 per dolar AS dari penutupan sebelumnya yang berada di level 13.194 per dolar AS.

Tanpa pergerakan yang signifikan, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.162 per dolar AS hingga 13.197 per dolar AS.

Sepanjang kuartal pertama, ekonomi Indonesia dilaporkan tumbuh dengan laju terlamban sejak 2009. Sementara itu, inflasi meningkat pada bulan kedua tahun ini dan rupiah melemah hingga 2,1 persen selama satu bulan terakhir.

Kondisi ini mengurangi prospek positif ekonomi di Tanah Air. Terlebih lagi, dari sentimen eksternal, data tenaga kerja AS yang baik diprediksi akan mempercepat aksi The Fed menaikkan suku bunganya.

Selain itu lambannya pertumbuhan ekonomi China dan krisis utang Yunani juga menjadi bagian dari faktor yang menekan nilai tukar rupiah saat ini.

"Ketidakpastian utang Yunani di Eropa karena mendekati batas waktu pelunasan juga. Apakah pelunasan utangnya akan diperpanjang. Hal ini membuat euro melemah terhadap dolar AS, termasuk mata uang emerging market," kata Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual.

Sementara itu, pakar strategi mata uang di Westpac Banking Corp. Jonathan Cavenagh mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia akan bertambah buruk sebelum akhirnya berbalik lebih baik. Dia melihat berbagai risiko yang bisa terjadi dalam rentang waktu saat ini hingga kenaikkan suku bunga pertama yang dilakukan The Fed.

"Kami melihat adanya pelarian dana asing ke luar antara dua hingga tiga persen saat ini," tandasnya. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini