Sukses

Menkeu Bambang: Komoditas Jangan Jadikan Basis Perekonomian

Rendahnya harganya minyak dunia menjadi ancaman perekonomian banyak negara.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan seharusnya Indonesia tidak lagi menumpukan perekonomian dari komoditas. Pasalnya, jika harga komoditas tidak stabil akan membuat perekonomian juga tidak stabil.

"Kalau jangka panjang, seharusnya yang menjadi basis manufaktur. Selama ada value added saya yakin akan lebih tahan terhadap gunjangan. Saat ini saat harga komoditas bergejolak apalagi harga minyak juga turun sangat berdampak kepada perekonomian," jelasnya, di Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Bambang menerangkan, komoditas merupakan barang subtitusi. Jadi, harga komoditas tak akan berbalik arah jika harga minyak masih tergerus. "Saya beri gambaran, karet itu dua macam. Alam dan sistesis. Karet sintetis itu minyak atau oil product, di masa lalu ketika minyak US$ 100 dollar harga karet sintetis mahal dari karet alam," terangnya. Sebaliknya, saat harga minyak turun seperti saat ini maka harga karet sintetis juga ikut turun.

Kondisi saat ini, rendahnya harganya minyak dunia menjadi ancaman perekonomian banyak negara. Bambang melanjutkan, rendahnya harga ada indikasi agenda politik negara tertentu sehingga diperkirakan akan berlangsung cukup lama.  Lebih lanjut, jika harga minyak rendah secara terus menerus hanya Arab Saudi yang bisa bertahan.

"Struktur produksi yang bisa bertahan memang Saudi Arabia  karena 10 juta barel per hari. Itu produksi onshore, sumur penuh. Biaya produksi US$ 10 per barel hingga US4 20 per barel. Jadi kalaupun sampai US$ 30 masih selamat," katanya.

Negara seperti Rusia dan Amerika diperkirakan akan jatuh. Pasalnya, biaya produksi dua negara ini masih mahal. Kondisi serupa juga terjadi pada Indonesia. "Indonesia kalau temuan baru onshore lepas pantai mahal. Kedua onshore kebanyakan sumur lama, kalau mau tingkatkan mesti injeksi biaya mahal juga," tandas dia.

Salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia karena penurunan harga komoditas. Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen.

Kepala BPS Suryamin mengatakan besaran penyebab perlambatan tersebut karena pelemahan harga minyak mentah dunia. Kemudian penurunan nilai ekspor dan impor di kuartal I dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Selain itu angka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi melemahnya perekonomian di China. "Yang menentukan pertumbuhan ekonomi karena ekonomi China menurun dari 7,4 persen menjadi 7 persen," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.