Sukses

Neraca Perdagangan Surplus, IHSG Turun 28 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 28,27 poin ke level 5.217,86 pada penutupan perdagangan saham sesi pertama hari ini.

Liputan6.com, Jakarta Neraca perdagangan Indonesia kembali cetak surplus US$ 454,4 juta pada April 2015 belum mampu mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham hari ini.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Jumat (15/5/2015), IHSG turun 28,27 poin (0,54 persen) ke level 5.217,86. Indeks saham LQ45 turun 0,71 persen ke level 904,53. Sebagian besar indeks saham acuan melemah kecuali indeks saham DBX naik 0,36 persen ke level 700,12 dan indeks saham Pefindo25 mendaki 0,48 persen ke level 463,69.

Penutupan sesi pertama perdagangan saham hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.264,92 dan terendah 5.216,34. Ada sebanyak 128 saham menghijau sehingga menahan pelemahan IHSG. Sedangkan 117 saham melemah dan 88 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 133.660 kali dengan volume perdagangan saham 3,16 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 3,01 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham aneka industri turun 0,23 persen, sektor saham konstruksi susut 0,42 persen, sektor saham infrastruktur melemah 0,91 persen, sektor saham keuangan tergelincir 1,56 persen, dan sektor saham perdagangan turun 0,34 persen.

Sedangkan sektor saham barang konsumsi naik 0,46 persen, sektor saham industri dasar mendaki 0,31 persen, dan sektor saham perkebunan menguat 0,28 persen.

Saham-saham yang mencatatkan keuntungan besar di sesi pertama hari ini antara lain saham NELY naik 30,58 persen ke level Rp 158 per saham, saham MREI mendaki 24,87 persen ke level Rp 3.515 per saham, dan saham DNAR menguat 22,22 persen ke level Rp 165 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham BLTZ turun 23,14 persen ke level Rp 2.325 per saham, saham PLIN melemah 14,29 persen ke level Rp 3.000 per saham, dan saham KOBX tergelincir 9,4 persen ke level Rp 154 per saham.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, perlambatan ekonomi global yang seiring masih melambatnya ekonomi domestik membuat banyak pihak menahan ekspansinya.

Begitu pun dengan masyarakat yang juga masih menahan konsumsinya karena turunnya nilai daya beli. Memang jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang defisit, kali ini tercatat surplus. "Kami menilai surplus yang dihasilkan merupakan surplus yang kurang berkualitas karena tidak diikuti dengan peningkatan cukup berarti bagi pertumbuhan ekonomi," kata Reza. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.