Sukses

Dolar AS Menguat, Harga Emas Tertekan

Harga emas untuk pengiriman Juni, yang merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, turun 1,7 persen menjadi US$ 1.206,70 per ounce.

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah pada lima sesi perdagangan sebelumnya mengalami reli. Penurunan harga emas dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar Dolar AS.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (20/5/2015), harga emas untuk pengiriman Juni, yang merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, ditutup turun 1,7 persen menjadi US$ 1.206,70 per ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga emas sempat naik 3,8 persen selama lima sesi perdagangan sebelumnya. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan terbesar sejak Maret 2015.

Nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama lainnya melonjak pada perdagangan Selasa. Penguatan dolar AS tersebut terjadi setelah pejabat Bank Sentral Eropa mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan bagi pelaku pasar.

Dalam pernyataannya, pejabat Bank Sentral Eropa mengungkapkan bahwa langkah stimulus moneter yang telah dilakukan dalam beberapa waktu terakhir ternyata belum bisa mendongkrak angka inflasi. Dengan kata lain, pertumbuhan perekonomian di wilayah Eropa belum akan pulih dalam waktu dekat.

Sesaat setelah pernyataan tersebut keluar, nilai tukar Euro langsung melemah dan membuat dolar AS perkasa. Penguatan Dolar AS tersebut membuat keuntungan yang diperoleh pelaku pasar yang bertransaksi menggunakan mata uang lainnya menjadi turun. The Wall Street Journal Indeks Dollar yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap 16 mata uang lainnya naik 1 persen menjadi 85,56.

Selain itu, data-data yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat menunjukkan bahwa telah terjadi pemulihan perekonomian yang cukup baik. Beberapa pelaku pasar melihat bahwa membaiknya data tersebut akan mendorong terjadinya aksi jual sehingga menekan harga emas.

"Keadaan seperti ini bisa diibaratkan lebih dari lubang yang menganga di tengah jalan," jelas Senior Vice President RBC Capital Markets Global Futures, George Gero.

Harga emas bisa mendaki jika pasar yakin bahwa pertumbuhan perekonomian di AS masih belum membaik sehingga membuat Bank Sentral AS (The Fed) kembali menunda kenaikan suku bunga acuan.

Selain itu, stimulus yang diberikan oleh Bank Sentral Eropa akan meningkatkan inflasi sehingga memberikan alasan bagi investor untuk memborong emas. Para pelaku pasar menggunakan logam mulai sebagai sarana lindung nilai terhadap kenaikan harga. (Gdn/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.