Sukses

Ekonomi Jepang Mulai Pulih, Bursa Asia Menguat

Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,2 persen pada pukul 09.53 waktu Tokyo, Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (Bursa Asia) menguat dipimpin oleh saham-saham di bursa Jepang yang mengalami kenaikan sehingga mendekati rekor tertinggi sejak 2007. Penguatan Bursa Asia dipicu oleh keluarnya data ekonomi Jepang yang memperlihatkan tanda-tanda perbaikan.

Mengutip Bloomberg, Rabu (20/5/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,2 persen pada pukul 09.53 waktu Tokyo, Jepang. Indeks Topix Jepang naik dalam empat hari berturut-turut menuju penutupan tertinggi sejak Oktober 2007. Indeks Nikkei Jepang juga menguat 0,8 persen.

Di negara lain, Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5 persen, sedangkan Indeks S&P/ASX 200 Austalia turun 0,2 persen.

Ekonomi Jepang tumbuh positif dalam dua kuartal berturut-turut didorong oleh stimulus moneter yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Pertumbuhan ini melebihi prediksi para ekonomi.

"Penyebab utama kenaikan indeks karena ekonomi Jepang telah pulih dalam dua kuartal secara berturut-turut," jelas Kepala Riset SMBC Nikko Securities Inc, Tokyo, Jepang, Hiroichi Nishi.

Ia melanjutkan, dengan membaiknya ekonomi Jepang dalam dua kuartal ini, banyak yang memperkirakan akan terus berlanjut hingga tengah tahun ini sehingga akan terus mendongkrak Indeks Topix Jepang.

Produk DOmestik Bruto Jepang yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia setelah China tumbuh 2,4 persen (year on year) pada kuartal I 2015. Sedangkan para ekonomi yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Negara Sakura tersebut hanya akan tumbuh 1,6 persen.

Para Maret 2015 kemarin, Bank sentral Jepang memutuskan untuk mempertahankan stimulus dan juga menahan suku bunga acuan di level rendah. Dalam pernyataannya, Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda memutuskan untuk tetap mempertahankan stimulus tersebut setelah hasil pengambilan suara mayoritas atau 8 suara berbanding 1 suara memilih untuk mempertahankan pemberian stimulus.

Bank sentral terakhir kali menambah stimulusnya pada bulan Oktober 2014 setelah mendapat tekanan dari penurunan harga minyak mentah yang menghambat kemampuannya untuk mencapai target inflasi 2 persen. (Gdn/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.