Sukses

Cerita Terungkapnya Misteri Beras Plastik di Indonesia

Kemunculan beras plastik di Bekasi sedang memanas menimbulkan tanda tanya besar siapa yang bermain-main di komoditas pangan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak beberapa hari terakhir, masyarakat heboh dengan peredaran beras yang mengandung bahan sintetis berbahaya semacam senyawa plastik. Kemunculan beras plastik di Bekasi yang menjelang puasa dan di saat suasana politik sedang memanas menimbulkan tanda tanya besar siapa yang bermain-main di komoditas pangan ini.  

Pemerintah dan Kepolisian tentu saja dianggap kecolongan pengawasan jika beras plastik tersebut berasal dari impor. Bahkan sampai pada pengujian laboratorium pun, pemerintah terkesan lamban dalam menangani kasus ini.

Sebenarnya bagaimana misteri beras plastik di Indonesia bisa terungkap? Dan apa yang dilakukan pemerintah untuk melindungi warga dari bahaya yang mengancam pada beras plastik tersebut?

Penemuan beras plastik bermula dari laporan warga Mutiara Gading Timur, Kelurahan Mustika, Bekasi, Jawa Barat, Dewi Septiana pada Selasa, 19 Mei 2015. Pedagang makanan ini menemukan keganjilan dengan beras yang di masak. Sebagian beras tidak bisa bercampur dengan air.

"Airnya itu, posisinya ada di atas tidak campur sama nasi. Pada saat masak bubur, nasinya malah ngendap ke bawah, airnya ke atas. Jadi nggak menyatu. Malahan kita masak lagi, proses  banyak air, berasnya malah pecah, nggak hancur seperti masak bubur seperti biasannya," kenang Dewi.

Beras yang dia beli seharga Rp 8.000 per liter tersebut bila dimakan pun rasanya berbeda dengan beras pada umumnya."Rasanya tawar. Kalau bau khas nasi kan wangi, ini baunya tawar aja. Rasa di mulut agak getir," tambah Dewi.

Dia mengakui, pada pedagang beras langganannya itu memang menjual beras palsu, namun dicampur dengan beras lokal biasa seperti setra ramos karawang hingga sekilas sulit dibedakan.

"Warna putih, sama seperti beras asli. Bedanya kalau beras asli kan ada guratannya, kalau dia (beras palsu) halus saja," kata Dewi

Pelaku ditangkap

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Selanjutnya

Menindaklanjuti dugaan beredarnya beras plastik, petugas Polsek Bantargebang Bekasi, Jawa Barat, mendatangi satu toko beras untuk mengecek langsung kebenaran adanya beras plastik tersebut.

"Kami langsung mendatangi lokasi dan mengamankan satu setengah karung dari toko beras tersebut," ujar Kapolsek Bantargebang Kompol Gatot Suyanto.

Menurut Gatot, selain mengamankan beras di toko tersebut, petugas juga mengamankan S (45) dan 5 anak buahnya. "Kini S dan kelima anak buahnya masih dimintai keterangan di Mapolsek Bantargebang," ucap Gatot.

Dia menyebutkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepolisian dan pemerintah daerah untuk menyakinkan kebenaran beras plastik tersebut.

"Kami masih perlu meyakinkan betul atau tidak beras tersebut dari plastik, biarlah petugas BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang mengecek langsung untuk meneliti kandungan di dalamnya," ujar Gatot.

Setelah menangkap penjual beras plastik,  Polsek Bantar Gebang bertindak cepat dengan mendatangi Pasar Mutiara Gading Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Tujuannya mengambil sampel beras satu karung untuk diteliti di laboratorium. Polisi juga meminta keterangan para penjual dan pegawai kios beras.

"Informasinya (beras plastik), cuma kita belum ke laboratorium dulu untuk pengecekan secara bukti nyata," kata Gatot.

Langkah pemerintah

3 dari 5 halaman

Selanjutnya

Lalu bagaimana respons pemerintah atas temuan beras plastik di Bekasi?

Dikonfirmasi bertepatan dengan laporan Dewi Septiana atas beras plastik, Menteri Pedagangan (Mendag) Rachmat Gobel awalnya mengaku belum mengetahui peredaran beras plastik di masyarakat.

"Kan ada pengaduan, saya musti cek. Apakah betul ada itu atau tidak? Itu beras apa, saya belum tahu beras plastik. Saya tahunya dari kawan media semua," kata Rachmat.

Dia menegaskan pemerintah tidak mengizinkan siapa pun mengimpor beras palsu. Artinya, kalau di pasar ditemukan beras palsu, dipastikan itu barang selundupan. Pengedar beras palsu berbahan plastik itu bisa dihukum karena menjual produk yang membahayakan kesehatan masyarakat.

"Ada tindakan hukum karena sudah membahayakan masyarakat. Ini memberikan dampak kesehatan terhadap masyarakat," ungkap Rahmat Gobel.

Sebab dari pernyataan Dokter spesialis gizi klinik dari RS Cipto Mangunkusumo Inge Permadi, jika benar beras palsu tersebut mengandung plastik, maka orang yang memakannya berisiko kanker.

"Plastik adalah salah satu benda asing yang berbahaya untuk dikonsumsi. Bila benda itu masuk ke dalam saluran cerna dan mengendap di saluran pencernaan, maka benda ini bisa memicu kelainan atau perubahan sel yang lama kelamaan bisa memicu kanker," kata Inge.

Terkait asal usul beras plastik dari China, Kasubdit Humas DJBC Haryo Limanseto mengaku pihaknya meragukan impor tersebut. Sebab sepengetahuannya, Indonesia selama ini hanya memasok beras dari Thailand dan Myanmar.

"Kita pasok dari Vietnam dan Thailand. Dari Tiongkok nggak, tapi semua informasi itu perlu.  Bea Cukai akan kita jadikan prioritas," ujar dia.

Selain itu, dia mengungkapkan, Bea dan Cukai selama ini juga belum pernah menemukan indikasi masuknya beras plastik impor ilegal meski kerap menangkap penyelundupan beras.

"Kalau tangkapan yang kami lakukan tidak pernah indikasi beras mengandung plastik, tangkapan beras kan rutin terutama pesisir Sumatera," tambah dia.

Haryo bahkan menduga keberadaan beras plastik bukan dari impor. Namun ini merupakan produksi lokal alias oplosan dari dalam negeri untuk mendapatkan keuntungan lebih.

Senada, Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, Yazid Fanani menambahkan, pihaknya sedang melakukan pendalaman terhadap sumber beras plastik yang ditemukan di Bekasi.

"Asal beras masih terbatas dari beras lokal yakni di wilayah sekitaran Bekasi. Tapi ini perlu pendalaman lebih lanjut," terang dia.

Benarkah beras mengandung plastik?

4 dari 5 halaman

Selanjutnya


Untuk mengusut tuntas kasus ini, Kemendag sudah menggandeng Bareskrim guna melacak dan meminimalisir peredaran beras yang membahayakan tersebut. Bahkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) melakukan inspeksi mendadak di sejumlah pasar paska penemuan beras plastik ini, seperti di Tasikmalaya dan pasar lain.

Juga yang dilakukan petugas Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Pasar Kranggot, Kota Cilegon, Banten, memperketat pengawasan peredaran beras. Petugas pun merazia sejumlah toko beras di kota itu.

Sayangnya, langkah pemerintah pusat kalah cepat dengan pemerintah Kota Bekasi. Menggandeng Sucofindo untuk menguji secara klinis di laboratorium mengenai kandungan beras plastik tersebut.

Hasilnya dua sampel beras yang beredar di Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, dipastikan palsu dan mengandung tiga bahan kimia berbahaya.

"Kami melakukan uji laboratorium dengan alat yang sensitif dan profesional. Beras ini dibedakan sampel 1 dan 2, secara fisik hampir sama. Hasilnya ada suspect, kandungan yang biasa digunakan untuk membuat bahan plastik," ujar Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucofindo, Adisam ZN.

Adisam mengaku ada senyawa plasticizer penyusun plastik yang ditemukan dalam beras tersebut. Antara lain Benzyl butyl phthalate (BBP), Bis(2-ethylhexyl) phthalate atau DEHP, dan diisononyl phthalate (DIN).

"Senyawa plasticizer ini biasa digunakan untuk melenturkan kabel atau pipa plastik," ujar dia.

Dia menjelaskan, pengujian ini dilakukan menggunakan alat spektrum infrared untuk melihat apakat terdapat senyawa polimer seperti plastik dalam beras tersebut. Hasilnya, kata dia, terdapat senyawa yang identik dengan polimer. "Beras alami, tidak mengandung senyawa-senyawa seperti ini," kata Adisam.

"Ada senyawa lain dalam kandungan beras tersebut yang sengaja dicampur. Kami menduga, ada kesengajaan memasukkan senyawa lain yang dicampur dengan beras," ucap dia.

Penyebab kanker

5 dari 5 halaman

Selanjutnya

Adisam memaparkan, beras palsu itu tak dapat dicerna oleh lambung. Dan bila dikonsumsi secara terus-menerus dapat menyebabkan kanker. Hal ini sudah pernah diuji pada tikus.

Di Eropa, senyawa ini bahkan sudah dilarang digunakan dalam komponen mainan anak. Apalagi untuk bahan makanan.

Sementara Kepala BPOM, Roy Sparringa mengakui telah menyodorkan sampel beras yang diduga sintetis dari Kepolisian ke pusat pengujian obat dan makanan nasional untuk diuji klinis di laboratorium. Dalam kasus ini, katanya, pihaknya sangat berhati-hati untuk menguji secara komprehensif.

"Kalau cuma menguji itu beras plastik atau bukan, kita punya alat canggih yang mendeteksi. Tapi kita juga ingin menguji risiko dan kandungan yang terdapat di beras plastik," jelasnya.

Roy berjanji akan menyelesaikan uji klinis laboratorium terhadap beras plastik. Dan dipastikan hasilnya dapat diumumkan pada Jumat ini. "Jumat ini pengujiannya selesai, dan hasilnya akan kami sampaikan kepada pihak Kepolisian," tegas dia tanpa bersedia membocorkan waktunya.

Setelah diperoleh hasilnya, tambah dia, tim dari Kementerian Perdagangan, BPOM, Kementerian Pertanian dan Kepolisian akan membahas lebih lanjut mengenai antisipasi maupun solusinya.

Yazid Fanani pun mengambil langkah bersama Kemendag dan BPOM untuk menguji beras plastik secara laboratoris, termasuk mengirimkan sampel ke Balai POM.

"Sampel yang dikirimkan dari Polres Bekasi masih dalam tataran pengujian. Sekarang masih proses penelitian laboratorium. Apabila sudah selesai, akan dilaporkan," tegas dia.

Yazid mengaku, pihaknya akan melakukan upaya pencegahan dan penindakan apabila terbukti beras itu mengandung bahan plastik berbahaya. Namun tentunya hal ini tidak bisa dilakukan secara parsial. "Jadi kami butuh dukungan dari seluruh masyarakat, pedagang dan lainnya," terangnya.

Namun sampai dengan pukul 20.23 WIB, Dirjen SPK Kemendag Widodo yang ditemui di kantornya menyatakan belum ada hasil uji laboratorium dari BPOM terkait beras plastik meski dijanjikan pada Jumat ini. "Kan Jumat ini masih ada sampai pukul 24.00 WIB," candanya.

Widodo berharap semua hasil uji laboratorium dari seluruh koordinasi Kemendag, Kepolisian, dan BPOM untuk membuktikan beras berbahan plastik selesai dalam waktu tiga hari. "Saya mau cepat selesai, mudah-mudahan tiga hari selesai," kata dia.  (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini