Sukses

Kasus Beras Plastik Diduga Cuma Pengalihan Isu

Pedagang beras meragukan kasus beras plastik yang mencuat ke permukaan karena alasan motif ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Pedagang beras meragukan kasus beras plastik yang mencuat ke permukaan karena alasan motif ekonomi. Pengusaha beras dan pedagang pasar tradisional menduga ada pengalihan isu yang sengaja digulirkan untuk membuat suasana menjadi gaduh.

Ketua DPD Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Soekidi menegaskan baru pertama kali mengalami penemuan beras plastik selama 26 tahun berbisnis komoditas pangan.

"Saya prihatin dengan kondisi ini, tapi saya juga bukan tendensius. Dari sisa beras setelah dibeli Dewi Septiana, itu kan harusnya terjual lagi ke konsumen lain dan pasti ada korban lainnya. Tapi ini enggak ada," kata dia curiga saat menjadi pembicara di Talkshow Akhir Pekan, Jakarta, Sabtu (23/5/2015).

Dia pun menduga agen beras yang menjadi langganan Dewi Septiana bernama Sembiring tidak mengetahui beras yang dijual itu beras plastik. Sembiring, dinilai Nellys juga membeli beras dari penjual lain di Karawang.

Dengan begitu, Nellys seperti menemukan kejanggalan dalam kasus ini berdasarkan pengalaman selama berpuluh-puluh tahun. Dirinya menganggap ada motif lain yang terselubung di miteri beras bersintetis, bukan karena motif ekonomi.

Dia menjelaskan, ongkos produksi bijih plastik yang dicampur dengan beras lebih mahal ketimbang harga jual beras. Beras plastik curah yang dibeli Dewi Septiana seharga Rp 8.000 per liter, sehingga motif ekonomi demi mencari keuntungan pada kasus ini sangat kecil.

"Kalau pedagang mau nipu pasti punya target keuntungan. Bijih plastik itu harganya jauh lebih tinggi dari berasnya. Rugi kalau nyampur, belum lagi risiko tinggi ditinggal konsumen. Sementara beras plastik impor yang katanya dari China itu kan cuma lihat di Youtube, kita tidak tahu produksinya benar atau enggak," tegasnya.

Dugaannya mengarah pada motif pengalihan isu yang ingin membuat suasana Indonesia menjadi gaduh. "Ini ada pemain lain yang membuat suasana gaduh, apalagi ini mau menjelang puasa dan lebaran. Karena transaksi beras di pasar Cipinang bisa mencapai 3.000 ton per hari, dan enggak ada korban yang mendapatkan beras plastik," ujar Nellys.

Senada, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengimbau agar pedagang dapat menjelaskan secara gamblang kepada konsumen tentang beras yang dijualnya. Bahwa pasar tradisional adalah tempat yang aman dan nyaman untuk berbelanja kebutuhan.

"Masalah ini harus tuntas, meski ini diduga pengalihan isu saja. Karena yang bisa bikin jatuh itu kan keriki-kerikil kecil seperti ini. Untuk itu, kita perlu lebih waspada," sindir dia. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini