Sukses

Mendag Gandeng Kapolri Ungkap Misteri Beras Plastik

Kementerian Perdagangan menegaskan, pihaknya berupaya mengamankan barang dan produk makanan yang beredar di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjanjikan pengungkapan hasil uji laboratorium beras plastik pada Jumat, 22 Mei 2015. Namun sampai hari ini hasil uji tersebut belum juga dirilis.

Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Srie Agustina mengaku belum mendapatkan laporan atas pengujian klinis beras plastik dari BPOM.

"Tapi hari ini pukul 10.00 tadi Menteri Perdagangan (Mendag) bersama Kapolda dan Kapolri rapat di Polda Metro Jaya untuk membahas itu (beras plastik). Ini ada SMS-nya," kata dia usai menghadiri Diskusi Pangan Kita di Cikini, Jakarta, Senin (25/5/2015).

Saat ditanyakan apakah hasil uji lab beras plastik akan diumumkan hari ini mengingat molor dari jadwal pekan lalu, Srie tidak dapat memastikannya. "Kalau melihat itu, sepertinya ya (diumumkan)," ujar Srie.

Pemerintah, dia menegaskan, selalu berupaya mengamankan barang dan produk-produk makanan yang beredar di Indonesia terkait keamanan dan ketahanan pangan.

"Bukan cuma pas ada kasus saja ditangani karena kami bersama Kementerian lain selalu mengawasi peredaran barang yang ada di sini. Pengawasan bisa dilakukan 3 unsur, yakni oleh pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan oleh konsumen sendiri," kata Srie.

Sebelumnya Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) memandang positif penemuan beras plastik ini sebagai suatu hikmah membenahi tata niaga beras di Tanah Air.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) APPSI, Ngadiran menyatakan tidak menafikkan penemuan beras plastik oleh Dewi Septiana, Warga Mutiara Gading, Bekasi, Jawa Barat. Segala persaingan dapat ditempuh dengan cara halal maupun praktik kotor.

"Tapi ini adalah hikmah buat bangsa ini, tidak usah saling menyalahkan. Kasus beras plastik menyadarkan atau membangunkan pejabat yang selama ini tidur atau agak pingsan. Yang tidak suka sidak, jadi sidak," tegas dia.

Ngadiran mengaku, pedagang pasar tradisional dirugikan atas pemberitaan tersebut. Pasalnya dia beralasan, tidak semua pedagang pasar tradisional menjual beras palsu. Rakyat pun, sambungnya, menjadi korban di tengah kondisi yang saat ini sedang sulit.

"Rakyat lagi susah, janganlah ditambah susah. Kami memang dirugikan, karena melayani pembeli jadi lama karena mereka bertanya terus soal beras plastik. Tapi keuntungannya dari yang enggak biasa ngobrol jadi ngobrol," kata Ngadiran. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.