Sukses

Bos Kadin Sebut Ekonomi RI Melambat Tekan Sektor Padat Karya

Ketua Kadin, Suryo Bambang Sulisto menyebutkan, beban pengusaha semakin bertambah dengan harga komoditas melemah.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada kuartal I 2015 membuat daya beli masyarakat menurun sehingga berimbas ke dunia usaha. Ketua Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin), Suryo Bambang Sulisto mengatakan, hal itu juga diperparah dengan harga komoditas melemah sehingga membuat pengusaha menutup bisnisnya sementara waktu.

"Sekarang penjualan menurun, harga komoditas melemah, produksi dihentikan sementara," kata Suryo, disela acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Trade Invesement Forum, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015).

Suryo menambahkan, beban pengusaha semakin bertambah dengan adanya kenaikan target penerimaan pajak. Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah antisipasi maka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tak bisa dihindari. Pemerintah menargetkan penerimaan pajak sekitar Rp 1.296 triliun pada 2015.

"Itu (kenaikan target penerimaan pajak) waktunya tidak pas. Sementara sekarang pengusaha-pengusaha pada megap-megap, ini bisa jadi PHK massal kalau tidak ambil langkah antisipasi," kata Suryo.

Suryo menyatakan, sektor yang mengalami guncangan terparah atas perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sektor padat karya, yang mempekerjakan banyak sumber daya manusia. "Properti, otomotif, ritel dan konsumen produk. Itu semua lagi menurun," ujar Suryo.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I 2015. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, pertumbuhan ekonomi melambat salah satu disebabkan oleh konsumsi masyarakat relatif rendah dibanding periode sebelumnya.

"Semua komponen pengeluaran rumah tangga melambat. Hanya pengeluaran untuk makanan dan minuman, serta perumahan tidak melambat," kata Ahmad.
Firdaus mengatakan, rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga ini disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada lonjakan harga barang kebutuhan pokok. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.