Sukses

Menkeu Ajak Pengusaha Kembangkan Industri Berbasis Nilai Tambah

Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengajak pengusaha nasional yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia wilayah Indonesia Timur untuk mengembangkan industri yang berbasis pada peningkatan nilai tambah.

Bambang menjelaskan, wilayah Sulawesi membukukan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada kuartal I 2015 kemarin. Salah satu yang menjadi penyebab daerah tersebut mampu membukukan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia karena Sulawesi mampu mengembangkan industri peningkatan nilai tambah atau hilirisasi pada komositas tambangnya.

"Sulawesi tumbuhnya 7 persen. Jadi kenapa saat ini mesti terus bergantung di komoditas. Harusnya sudah mengembangkan ekspor coklat, perikanan, pertanian, tanaman pangan, dan nikel namun yang sudah diolah," kata Bambang, disela acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Trade Invesement Forum, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015).

Menurut Bambang, wilayah Indonesia Timur yang lain harus merubah pardigma dan meniru Sulawesi dengan mengembangkan industri yang sama. "Investasi jenis apapun harus dikembangkan. Namun perlu memperkenalkan paradigma baru dengan menghentikan kebiasaan bergantung pada komoditas dan mulai mengembangkan industri dengan nilai tambah," ungkap Bambang.

Ia menambahkan, dengan adanya peningkatan nilai tambah, jika harga komoditas anjlok seperti saat ini, dampaknya tidak terlalu berat. "Waktu harga luar biasa kita seolah berada dalam kondisi puncak ekonomi Indonesia, kita lupa harga fluktuatif saat ini karet jatuh luar biasa," pungkasnya.

Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen.

Kepala BPS, Suryamin mengatakan, besaran pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi melemahnya perekonomian di China. "Yang menentukan pertumbuhan ekonomi karena ekonomi China menurun dari 7,4 persen menjadi 7 persen," kata dia.

Penyebab lainnya pelemahan harga minyak mentah dunia. Kemudian penurunan nilai ekspor dan impor di kuartal I dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.