Sukses

Tingkat Utang RI Paling Rendah di Asia

Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB.

Liputan6.com, Jakarta - Di antara negara kekuatan ekonomi baru (emerging) di Asia, Indonesia tercatat menjadi negara dengan tingkat utang terendah pada tahun ini, hanya sebesar 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Managing Director & Co-head of Asian Economic Research HSBC Frederic Neuman mengatakan, saat ini nilai kredit negara-negara berkembang Asia termasuk Indonesia menunjukan tren peningkatan.

"Namun, Indonesia sebagai negara dengan tingkat utang terendah dibanding dengan rasio PDB di Asia," kata Neuman, pada acara Indonesia Economic Outlook 2015, di Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB. Posisi kedua ditempati Jepang dengan tingkat utang mencapai 400 persen terhadap PDB , dan tertinggi ketiga adalah Hongkong sebesar 370 persen terhadap PDB.

Dikatakan, kondisi ini terkait dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan Tiongkok yang berimbas kepada pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging di Asia, termasuk Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2015 tidak mencapai target yang diharapkan, dan hanya mampu tumbuh 4,71 persen. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama 2014 yakni sebesar 5,14 persen," papar Neuman.

Dia menyebutkan, struktur ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2015 didominasi Pulau Jawa dan Sumatera. Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sebesar 58,30 persen, Sumatera 22,56 persen dan Kalimantan 8,26 persen.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan untuk menutupi defisit anggaran, pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dan pinjaman multilateral.

Salah satunya mencari pinjaman sekira US$ 1,1 miliar sampai US$ 1,2 miliar dari Asian Development Bank (ADB), Bank Dunia dan lainnya.

"Ini lagi dalam negosiasi, ini bukan cuma World Bank saja. Tapi yang paling besar World Bank sepertinya, peruntukkannya bukan karena pelebaran defisit, tapi akan mengurangi SUN dalam bentuk rupiah dan menjaga utang," papar dia.

Jika defisit anggaran melebar, tambah Bambang, program pinjaman multilateral ini dapat digunakan untuk menutupi defisit tersebut.Namun pemerintah akan menjaga defisit di kisaran 1,9 persen.

"Dengan ini, bisa mengurangi kebutuhan SUN rupiah, dan surat utang kita punya tingkat bunga yang lebih baik dan efisien," pungkas Bambang.(Pew/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini