Sukses

Jaga Inflasi Saat Puasa Perlu Operasi Pasar

Pemerintah diminta segera mempersiapkan operasi pasar untuk mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok pada puasa dan Lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diminta berhati-hati menjaga gejolak inflasi jelang Ramadhan. Salah satunya dengan tidak menaikkan harga komponen-komponen pendorong inflasi seperti harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik dan lain-lain.

Pengamat Ekonomi Aviliani mengatakan, pemerintah jangan mengulang kesalahan sama saat terjadi kenaikan tingkat inflasi yang tinggi beberapa waktu lalu. Saat itu pemerintah menaikkan harga hampir seluruh komponen pendorong kenaikan inflasi.

"Yang perlu dijaga jangan sampai listrik naik lagi. Kemarin kita alami kenaikan yang tinggi karena ada kenaikan yang bersama-sama mulai dari BBM, pangan, listrik, angkutan. Itu jangan sampai terjadi lagi," ujar Aviliani saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (2/6/2015).

Selain itu, Aviliani menilai, pernyataan dari PT Pertamina untuk tidak menaikkan harga BBM hingga Lebaran juga tidak menjadi jaminan harga kebutuhan masyarakat tetap stabil saat memasuki puasa dan jelang Lebaran nanti.

"Itu (jaminan tidak menaikan harga BBM) bisa menekan dari sisi yang BBM, karena juga pengaruh ke harga. Tetapi yang ditakutkan permainan di tingkat pedagang, karena saat puasa orang belanjanya lebih banyak," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Aviliani berharap pemerintah segera mempersiapkan operasi pasar seperti yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya untuk mengantisipasi lonjakan harga saat puasa dan jelang Lebaran. Hal ini dianggap ampuh menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat.

"Tahun lalu bisa dijaga. Pada saat puasa dan Lebaran pemerintah lakukan operasi pasar. Ini perlu dijaga, terutama untuk pangan penyumbang inflasi seperti beras, cabai, bawang, daging," tandasnya.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Mei 2015 mencapai 0,50 persen. Adapun berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) dari total 82 kota, 81 kota tercatat mengalami inflasi dan 1 kota deflasi.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, laju inflasi  year on year (Mei 2014-Mei 2015) tercatat mencapai 7,15 persen. Sedangkan secara tahun kalender (April-Mei 2015) terjadi deflasi sebesar 0,42 persen.

Kemudian inflasi komponen inti pada Mei 2015 mencapai 0,23 persen, sementara inflasi inti (yoy) mencapai 5,04 persen. Pemerintah menargetkan [inflasi ](2243196/ "")berada di kisaran 5 persen dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.