Sukses

Harga Belum Stabil, OPEC Siap Naikkan Produksi Minyak?

Dua anggota OPEC menyarankan organisasi tersebut untuk menaikkan produksi sekitar satu juta barel per hari.

Liputan6.com, New York - Harga minyak pekan ini akan ditutup dengan penuh kejutan setelah dua menteri energi dari negara yang menjadi anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) menyarankan lembaga tersebut untuk menaikkan target produksinya. Total produksi OPEC kini setara 40 persen dari seluruh minyak yang dihasilkan dunia.

Melansir laman CNBC, Jumat (5/6/2015), OPEC kini memproduksi 30 juta barel minyak per hari. Sebagian besar analis memprediksi OPEC tak akan mengubah target produksinya setelah pertemuan OPEC di Wina akhir pekan ini. Meski begitu, beberapa menteri belum memiliki skenario alternatif.

"Saya rasa tak akan berdampak negatif jika kami meningkatkan produksi minyak satu juta barel per hari," kata Menteri Perminyakan Kuwait Ali al-Omair.

Berbicara secara personal, dia mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia kini telah meningkat dan pasar minyak juga mulai membaik. Dia mengatakan, peningkatan produksi ke level 31 juta barel per hari akan diserap pertumbuhan ekonomi dunia.

Lagipula, International Energy Agency melaporkan, jatuhnya harga minyak secara dramatis disebabkan lemahnya permintaan, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya produksi minyak AS. Meski begitu, keengganan OPEC untuk memangkas produksi sejak November 2014 lalu telah menjadi alasan utama yang memicu jatuhnya harga minyak.

Harga minyak telah membaik setelah menyentuh level terendahnya pada Januari 2015 yaitu US$ 45 per barel dan keputusan untuk menahan produksi dipandang sebagai kebijakan yang terlalu cepat.

Menteri Perminyakan Irak Adel Abdel Mahdi mengatakan, penguatan harga ke US$ 65 per barel merupakan sesuatu yang luar biasa. Sulit bagi OPEC untuk menentukan keseimbangan yang tepat antara permintaan dan pasokan.

Dia sendiri yakin terhadap positifnya produksi Irak dan mengatakan, negara tersebut dapat menghasilkan lebih banyak minyak. "Yang kami produksi sekarang masih di bawah level produksi minyak pada akhir 1970-an karena perang regional," tandasnya. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.