Sukses

Harga Minyak Naik di Akhir Pekan

Jumlah pengeboran minyak telah menurun sekitar 60 persen sejak Oktober, meski produksi tetap relatif stabil.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia menguat di akhir pekan ini, dipicu penurunan jumlah pengeboran di Amerika Serikat (AS). Namun secara mingguan, harga minyak susut terimbas penguatan dolar AS dan kelebihan pasokan yang membebani pasar.

Melansir laman Wall Street Journal, harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Juli ditutup naik US$ 1,13 (1,9 persen) menjadi US$ 59,13 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga turun 1,9 persen secara mingguan.

Sementara Brent, patokan minyak global, naik US$ 1,28 (2,1 persen) menjadi US$ 63,31 per barel di ICE Futures Europe, membukukan penurunan mingguan sebanyak 3,4 persen.

Perusahaan minyak Baker Hughes Inc, menyebutkan jumlah rig pengeboran minyak di AS turun selama sepekan ini, meski tingkat penurunan melambat. Jumlah pengeboran minyak telah menurun sekitar 60 persen sejak Oktober, meski produksi tetap relatif stabil.

Perusahaan konsultan Wood Mackenzie mengharapkan produksi minyak AS naik 700 ribu barel per hari pada 2015, di bawah output kenaikan 1 juta barel per hari pada 2013 dan 2014.

Sedangkan penurunan harga minyak mingguan akibat penguatan dolar dan berita bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan tetap mempertahankan produksinya. OPEC memutuskan untuk mempertahankan target produksi tidak berubah dari 30 juta barel per hari.

Dolar naik tajam terhadap mata uang lainnya seiring rilis laporan pekerjaan AS yang meningkat. Minyak selama ini diperdagangkan dalam mata uang dolar. Artinya penguatan dolar membuat minyak lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang asing.

"Kami tidak melihat dalam minyak [pasar] sebagai orang yang bekerja paruh waktu, atau penuh waktu, atau sementara. Kami melihat itu terkait permintaan yang sederhana, orang mengemudi dari rumah untuk bekerja dan bekerja untuk rumah," kata Carl Larry, Direktur Minyak dan Gas Frost & Sullivan.

Harga minyak masih melebihi 40 persen di bawah harga tertinggi pada Juni akibat pasar global yang kelebihan pasokan. Pedagang menilai data pasokan dan permintaan dari AS serta luar negeri menjadi petunjuk kapan pasar akan kembali mencapai keseimbangan, baik melalui produksi yang lebih rendah atau kenaikan konsumsi.

Pengamat pasar juga tetap terbagi soal prediksi harga minyak untuk jangka pendek. Beberapa mengatakan harga akan terus meningkat karena permintaan yang naik dan produksi susut di AS.

Namun yang lain mengatakan bahwa jika pasar fisik tetap kelebihan pasokan, dengan beberapa kargo minyak mentah masih mencari pembeli, maka harga akan terus turun.(Nrm/Igw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini