Sukses

BI: Nilai Tukar Rupiah di Kisaran 13.400 per Dollar AS pada 2016

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,4 persen sampai 5,8 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran 13.000 per dolar AS hingga 13.400 per dollar AS pada 2016. Tekanan terhadap rupiah akan lebih banyak dari faktor eksternal.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, sentimen global menjadi penekan nilai tukar rupiah. Seperti tahun ini, pelemahan rupiah lebih banyak disebabkan oleh sentimen dari perbaikan ekonomi di Amerika Serikat yang berimplikasi pada penguatan dollar AS secara luas. Perbaikan ekonomi Amerika membuat dana-dana yang tadinya masuk ke negara berkembang seperti Indonesia ditarik kembali.

"Eksternal, didorong penguatan dollar AS. Kebijakan quantitave easing yang ditempuh bank sentral Eropa. Kemudian kekhawatiran negosiasi fiskal dari Yunani," ujar Agus di depan anggota Komisi XI DPR RI, Senin (8/6/2015). Agus menjelaskan, Sejak awal tahun hingga 5 Juni 2015, rupiah melemah 6,71 persen. 

Namun demikian, pelemahan rupiah tidak akan terlalu tajam. Hal tersebut terjadi karena prospek perekonomian Indonesia cukup baik seiring langkah pemerintah memaksimalkan anggaran untuk membangun infrastruktur. Perbaikan infrastruktur akan mendorong investasi asing masuk ke Indonesia sehingga masuknya dana-dana tersebut akan mengimbangi keluarnya dana asing.

Untuk pertumbuhan ekonomi, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,4 persen sampai 5,8 persen. "Untuk 2016, BI memperkirakan pertumbuhan akan membaik, proses perbaikan ekonomi global khsususnya ekonomi maju, pertumbuhan dunia diperkirakan 3,8 persen lebih tinggi jika dibanidng 2015 yang 3,4 persen. Ini terdampak perbaikan komoditas dunia,"ujarnya.

Sedangkan untuk laju inflasi BI dan pemerintah sepakat di angka 4 plus minus 1 persen. "Tahun 2016 dengan berbagai kebijakan inflasi pada rentan 4 plus minus 1," tandas dia.

Target pertumbuhan ekonomi BI memang sedikit berbeda dengan pemerintah. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan asumsi makro ekonomi 2016 dipatok sebesar 5,8 persen sampai 6,2 persen. Angka ini bersifat dinamis yang artinya ada kemungkinan bisa berubah di kemudian hari.

"Kami ajukan pertumbuhan ekonomi pada range 5,8 persen sampai 6,2 persen. Tentunya akan menjadi perdebatan karena melihat perlambatan di triwulan I tahun 2015. Tentu nantinya bisa didiskusikan lebih lanjut bahwa yang namanya estimasi bersifat dinamis," jelas  Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.